Jerman berkomitmen membantu Indonesia menangkal kampanye negatif sawit di pasar Eropa. Untuk itu diusulkan pembentukan kelompok kerja kecil atau Working Group untuk membahas harmonisasi standar ISPO dengan standar CPO yang dimiliki pihak Jerman.
Menurut Menteri Pangan dan Pertanian Jerman Cristian Schmidt, harmonisasi standar CPO tersebut ditekankan pada aspek keberlanjutan produksi.
“Kita berkomitmen membantu meng-counter kampanye negatif sawit di pasar eropa,” kata Cristian dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanian Indonesia Andi Amran Sulaiman, Minggu (3 April 2016).
Terkait aspek keberlanjutan, Kementerian Pertanian mengklaim selalu berkoordinasi menata pengelolaan perkebunan sawit agar berkelanjutan dengan melakukan pemantauan rutin pengelolaan perkebunan sawit berdasarkan Permentan 7/2009.
Untuk yang masih pembangunan, survei dan penilaian dilakukan setahun sekali sedangkan penilaian operasional dinilai per tiga tahun.
“Kementan melakukan penilaian kebun untuk dua kategori, yakni perkebunan yang tengah dalam masa pembangunan dan perkebunan sawit yang sudah operasional,” kata Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan Dudi Gunadi
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan kelangsungan perdagangan minyak kelapa sawit di Indonesia sangat penting untuk dibela. Sebab tanaman kelapa sawit memiliki fungsi strategis salah satunya sisi Community development.
“Saat ini ada 4 juta petani terkait langsung dalam pertanaman kelapa sawit. Bila satu keluarga memiliki rata-rata tiga orang anak, maka ada 16 juta orang yang terlibat secara langsung,” kata Mentan. Jumlah tersebut akan bertambah bila diperhitungkan jumlah orang yang terlibat secara tidak langsung, yang diperkirakan mencapai 40 juta orang. R3