Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin tidak yakin dengan tudingan bahwa perusahaan perkebunan pihak yang paling bertanggungjawab dalam menyebabkan bencana kabut asap dari kebakaran hutan.
“Ada banyak, bisa sengaja. Tapi saya tidak yakin kalau perusahaan perkebunan besar, mungkin yang di bawahnya yang main nakal,” kata Alex Noerdin usai acara Ramah Tamah Jambore Nasional Satpol PP II di Griya Agung, Jl Demang Lebar Daun, Palembang, Kamis (8 Oktober 2015) malam.
Menurut Alex, penduduk asli di wilayah endemik titik api terbiasa dengan melakukan pembakaran lahan sebelum proses menanam.
“Kemudian penduduk setempat yang biasa dengan sistem sono, tahu? Itu sejak jaman nenek moyang dulu kalau mau menanam bakar dulu, musim hujan datang baru tanam. Atau terbakar dengan sendirinya. Kombinasi tiga hal ini,” imbuhnya.
Menurut Alex, faktor perusahaan bisa ditindak oleh pemerintah dan penegak hukum, sistem sono di masyarakat Sumsel pun sudah bisa dicegah. Namun faktor alam sulit diantisipasi apalagi di musim kemarau begini.
“Kalau alam siapa yang bisa mencegah. Gambut itu kalau sudah kering, tergesek karena angin pun bisa terbakar. Angin kencang sekali, api itu bisa lompat. Api itu kita istilahkan bisa melenting jauh, jadi belum tentu perusahaan perkebunan itu bakar sendiri, bisa dari luar,” papar politisi Golkar itu.
Alex menuturkan, Sumsel meski banyak terdapat titik api, namun tidak serta merta bisa disalahkan sebagai provinsi yang menyebabkan asap di provinsi bahkan negara lain. Karena Sumsel pun menerima asap kiriman, faktornya adalah angin.
“Angin tidak selalu satu arah. Pernah main layangan nggak? Kalau datang ke sini, ke sini. Yang penting tidak saling salahkan, fokus padamkan api dan hilangkan asap di tempat masing-masing,” ujarnya.
Pemprov Sumsel tambah Alex, terus memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membagikan ratusan ribu masker dan belakangan ini oksigen kalengan. Pemadaman pun terus dilakukan dengan bantuan TNI, Polri, BNPB, dan masyarakat secara umm.
