Akibat dari riset yang dilakukan oleh Fakultas Prof. Hasbullah Thabrany dari Pusat Kajian Ekonomi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) maka berdampak kepada kegaduhan ditingkat masyarakat.
Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Suseno Riban.
Lebih lanjut, menurut Suseno kegaduhan tersebut karena berdampak kepada kenaikan harga rokok di tingkat konsumen. Tapi yang menjadi kegaduhan utama yaitu, karena riset tersebutlah menyebabkan petani tembakau menjadu kurang bergairah.
“Riset tersebut telah menciptakan keresahan bagi masyarakat Indonesia, khususnya petani tembakau, petani cengkeh, pekerja dan pedagang, yang menggantungkan mata pencahariannya dari industri hasil tembakau nasional,” keluh Suseno.
Tidak hanya itu, Suseno menyayangkan bahwa riset yang didanai oleh asing tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena menggiring responden kepada opini tertentu. Padahal tujuan utamanya yaitu pihak luar ingin sekali menghancurkan komoditas tembakau di Indonesia.
Mereka (peneliti) tidak sadar akan yang diperbuatnya, dengan melakukan hal tersebut maka berdampak 6,1 juta jiwa yang hidup dari industri hasil tembakau (IHT) dari mulai petani, buruh pabrik hingga pengecer.
“Jadi janganlah hanya karena mengejar dana sebesar Rp 4,3 miliar maka rakyat Indonesia sebanyak 6,1 juta jiwa menjadi korbannya,” risau Suseso.
Melihat hal ini, Suseno menyarankan agar pemerintah lebih jeli dalam mengambil keputusan dan dapat menolak dana asing yang sekiranya dapat menghancurkan rakyatnya. Bahkan jangan sampai hanya karena mengejar dana asing maka dapat menghilangkan pendapatan yang setiap tahun dibayarkan oleh pelaku usaha melalui pajak.
“Indonesia harus dapat menolak dana asing yang bertujuan untuk mengintervensi tatanan kehidupan masyarakat yang sudah ada, termasuk kehidupan dan penghidupan masyarakat yang bekerja di sektor tembakau,” pungkas Suseno. FN