Seiring berkembangnya industri kelapa sawit, semakin banyak produk yang dihasilkan dengan berbahan baku kelapa sawit.
Kebun sawit Indonesia memberikan peran dan kontribusi besar dalam kebijakan energi masa depan dunia yang ramah lingkungan. Selain menghasilkan energi generasi pertama (biodiesel, FAME), kebun sawit Indonesia juga menghasilkan energi generasi kedua yang berasal dari biomassa yang cukup besar. Bahkan, data PASPI mencatat, volume biomassa yang dihasilkan kebun sawit lebih besar dibandingkan volume biomassa gabungan yang dihasilkan kedelai, rapeseed, dan bunga matahari.
Produksi biomassa sawit tersebut sekitar tiga kali lebih besar dari produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) sebagai produk utama kebun sawit. Dengan luas kebun sawit Indonesia yang sekitar 16,381 juta hektar maka produksi biomassa yang dihasilkan dapat mencapai 262 juta ton setiap tahun.
Melansir laman Palm Oil Indonesia pada Kamis (30/6), biomassa kebun sawit tersebut dapat diolah menjadi bioetanol (pengganti premium/gasoline). Menurut pengalaman KL Energy Corporation (2007), setiap ton bahan kering biomassa dapat menghasilkan 150 liter etanol. Hal ini berarti dengan produksi biomassa kebun sawit Indonesia sebesar 262 juta ton per tahun, dapat menghasilkan 39,3 juta kilo liter etanol setiap tahun atau hampir 60 persen dari kebutuhan premium di Indonesia.
“Dengan volume produksi etanol dari biomassa sawit yang demikian, bukankah kebun sawit Indonesia sebagai tambang etanol atau biopremium besar?” catat laman Palm Oil Indonesia.