Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan ketidak sepahaman terkait black campaign Uni Eropa (UE) atau tudingan miring yang menyudutkan minyak kelapa sawit.
Bantahan itu diungkapkan Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman dalam acara Energy Corner Special B35 Implementation di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Eddy mengatakan tudingan itu muncul dari pihak kompetitor.
“Terkait dengan black campaign atau kampanye negatif terhadap sawit, kalau berdasarkan pengamatan kami, ini sebenarnya dilakukan, kalau dari sisi luar itu kompetitor minyak sawit,” katanya, Selasa (31/1).
Jika diukur dari sisi produktivitas lahan, Eddy menjelaskan minyak sawit adalah yang paling produktif. Dari 16 juta hektare lahan sawit, Eddy merinci RI bisa menghasilkan sampai 65 juta ton minyak. Dengan begitu, rata-rata produktivitas sawit adalah 4 ton per hektare.
“Dibandingkan dengan soybean atau kedelai, itu produktivitasnya cuma 0,4 ton per hektare. Sunflower atau biji matahari cuma 0,6 ton per hektare, rapeseed 0,7 ton per hektare. Ini banyak ditanam di negara-negara Eropa, di Amerika, sehingga sawit merupakan kompetitor bagi mereka,” sambungnya.
Berbekal data produktivitas tersebut, Eddy menyebut akhirnya muncul beberapa tudingan miring dari UE dan pihak-pihak lain. Pertama, sawit dinyatakan tidak sehat.
Kedua, Eddy menyebut soal tudingan bahwa sawit mengakibatkan deforestasi, yang sekarang tuduhan tersebut muncul kembali. Ketiga, ia menyinggung soal tudingan di mana sawit mengakibatkan penghilangan keanekaragaman.
Ia menegaskan BPDPKS bekerja sama dengan seluruh stakeholder yang ada untuk melakukan sosialisasi hingga promosi sawit dengan tujuan mitigasi. Selain itu, langkah ini diambil untuk memerangi kampanye-kampanye negatif soal sawit.
“Kami selalu nyatakan bahwa itu (black campaign soal sawit) sebetulnya tidak benar dan itu semua didukung oleh hasil riset. Kami gunakan hasil riset untuk menjelaskan kepada publik bahwa sebetulnya apa yang dituduhkan kepada sawit itu tidak seperti itu,” tegas Eddy.
Selain tudingan dari UE, Eddy juga menyebut bahwa pihaknya berhadapan dengan banyak pihak di dalam negeri. Ia mengatakan ada beberapa non-governmental organisation (NGO) yang mengeluarkan tudingan buruk soal sawit.
