Memang pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 mencapai 5,02 persen, hal ini karena konsumsi rumah tangga yang kuat serta pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Tapi konsumsi pemerintah tumbuh negatif karena adanya kebijakan konsolidasi fiskal.
“Di triwulan empat, perekonomian diperkirakan tumbuh terbatas sejalan dengan fiskal yang masih konsolidatif, sehingga secara keseluruhan tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sekitar 5,0 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Lebih lanjut, menurut Agus suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap dipertahankan sebesar 4,75 persen untuk merespon ketidakpastian eksternal pasca-pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), meski ekonomi domestik masih tetap stabil. Alhasil, pihaknya harus berhati-hati dalam mengambil langkah mengingat saat ini pasar ekonomi global pun mengalami ketidakpastian pasca pemilu di AS.
“Jadi suku bunga Depocit Facility tetap sebesar 4,00 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen,” terang Agus.
Bahkan, Agus memprediksi pemulihan ekonomi global berjalan lambat. Sebab, di AS sendiri saat ini sedang melakukan perbaikan ekonomi, hal ini terlihat dari produk domestik (PDB)-nya yang membaik dan tingkat pengangguran yang stabil.
“Sehingga dalam hal ini BI akan terus mencermati perkembangan dalam masa transisi pemerintahan AS serta kebijakan yang akan ditempuh di AS, terutama terkait dengan kebijakan fiskal, suku bunga dan perdagangan internasional,” pungkas Agus. FN