Fenomena El Nino mulai menimbulkan gangguan iklim berupa kekeringan di Asia dan hujan lebat di Amerika Selatan. Goldman Sach Group Inc, memperkirakan El Nino mengacaukan produksi pertanian karena tingkat kekeringan yang tinggi dan membuat curah hujan yang juga tinggi di beberapa bagian di wilayah dunia.
CPO (crude palm oil), kakao, kopi dan gula menjadi tanaman yang diprediksi paling beresiko terhadap El Nino tersebut. Dengan demikian, ada spekulasi pengembangan produksi menjelang akhir tahun ini akan sedikit lebih lemah.
El Nino yang sempat tertunda setelah diperkirakan muncul pada sekitar Juli 2014 jadi mundur sekitar pertengahan atau akhir Agustus. Hal ini terjadi karena Samudera Pasifik mengalami pemanasan yang agak lambat.
India mulai merasakan kekeringan setelah diprediksi curah hujan akan berada di posisi palinglemah sejak 2009 dan berpotensi mengurangi hasil pertanian.
Madan Sabnavis, analisis Credit & Research Ltd., mengatakan setiap jenis berpotensi gagal panen dan akan membuat harga komoditas pertanian menjadi tinggi serta inflasi India menjadi berada di bawah tekanan.
“Curah hujan yang rendah akan mempengaruhi produksi tanaman dan pada akhir musim akan kekurangan pasokan komoditas seperti minyak sayur dan kacang-kacangan seperti kedelai dan jagung,†ujarnya seperti dikutip situs Bloomberg.
Penanaman padi dan kedelai tertunda tahun ini karena sekitar 90% daerah di India menerima curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan Juni. Dia melanjutkan membuat impor minyak nabati dan kacang-kacangan meningkat dengan harga komoditas yang juga sedang tinggi.
Sementara itu, komoditas gandum terus mengalami plemahan harga di hari keempat berturut-turut setelah ada spekulasi Amerika Serikat akan meningkatkan outlook produksinya.
Wayne Gordon, analis UBS AG, mengatakan produksi komoditas gandum masih agak lebih baik di AS. Lalu, ada pula resiko ekspor setelah ada sanksi ekspor gandum ke Rusia dari AS dan Uni Eropa.
