Isu lingkungan masih menjadi andalan bagi beberapa negara Uni Eropa untuk menyerang komoditas kelapa sawit. Tapi, setelah isu lingkungan ini kurang menarik, sejumlah tuduhan dialamatkan kepada komoditas sawit oleh parlemen Uni Eropa dan lembaga swadaya masyarakat.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumarjono Saragih mengatakan ancaman nyata yang dihadapi industri sawit sebenarnya adalah tingginya tuntutan dan standar di pasar global.
Standard tinggi ini sebenarnya untuk menghambat perkembangan bisnis minyak kelapa sawit yang menjadi andalan negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, dan Kolombia. Tujuannya tidak lain agar minyak nabati buatan Eropa dari biji bunga matahari, rapeseed, kanola bisa berkembang setelah kalah bersaing dengan minyak sawit.
Menurut Sumarjono Saragih, setidaknya ada enam tuduhan yang selalu dialamatkan kepada komoditas sawit yaitu status ketenagakerjaan, dialog sosial antara perusahaan dengan pekerja, keselamatan dan kesehatan kerja, mempekerjakan anak, upah yang minim dan lemahnya pengawasan pemerintah.
“Dengan isu lingkungan sudah kewalahan. Ditambah lagi isu anak dan pekerja. Kalau terus digaungkan maka akan berdampak besar bagi industri,” katanya.
Isu negatif ketenagakerjaan jika tidak bisa diselesaikan akan membuat iklim investasi ikut meredup. Sumarjono menilai industri sawit berada dalam ancaman. Di satu sisi biaya operasional termasuk upah pekerja terus naik, tapi harga sawit fluktuatif dan produktivitas kebun cenderung stagnan.