Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono menyampaikan serapan cangkang kelapa sawit dalam negeri masih belum belum optimal dibandingkan dengan total produk yang dihasilkan, terlebih pemanfaatannya cenderung digunakan sebagai bahan bakar boiler.
“Namun kebanyakan masih berlebih sehingga dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk kebutuhan dalam negeri maupun diekspor,” ungkap Eddy, Kamis (1/12).
Eddy menjelaskan, besaran harga jual cukup beragam. Umumnya ada di kisaran Rp 650 hingga Rp 800 per kilogram (kg).
Sementara itu, Direktur Utama PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) Kreisna Dewantara Gozali menjelaskan, volume produksi cangkang kelapa sawit bergantung dari volume produksi tandan buah segar (TBS).
“Biasanya 3% dari tonase TBS yang diolah. Semisal kita mengolah TBS 300.000 ton per tahun maka cangkang yang didapat adalah 9.000 ton cangkang,” kata Kreisna, Kamis (1/12).
Kreisna melanjutkan, upaya hilirisasi produk dari sawit pastinya bakal meningkatkan nilai tambah untuk industri sawit.
“Kalau untuk cangkang biasanya hanya dijual ke pembeli yang membutuhkan untuk dipakai di boiler,” sambung Kreisna.
Kondisi serupa terjadi untuk PTPN V dimana cangkang kelapa sawit digunakan untuk biomassa boiler dipabrik.
“Kalau dari PTPN V sendiri pemanfaatan cangkang masih sebatas produk yang dijual secara langsung. Selain itu, cangkang juga selama ini masih dioptimalkan sebagai biomassa untuk operasional boiler di pabrik,” ungkap VP Corporate Communication PTPN V Risky Atriansyah, Jumat (2/12).