Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendukung dan siap memasok kebutuhan Pertamina untuk memproduksi bahan bakar ramah lingkungan atau green BBM-LPG-Avtur. Bahan bakar ini menjadi inovasi Pertamina dalam memproduksi bahan bakar campuran fosil dan non-fosil dari minyak kelapa sawit.
Dengan teknologi co-porcesing di kilang Plaju, Cilacap, Balongan, dan Dumai, Pertaminta akan mulai diuji coba tahun ini memproduksi green BBM ini. Pertamina membutuhkan CPO sebagai bahan baku untuk dicampur dengan minyak mentah.
“Kalau masalah pasokan tidak masalah,” kata Wakil Ketua Umum GAPKI Togar Sitanggang di Jakarta pada 2 Januari 2019. Namun, masalah harga masih perlu dibahas lebih jauh agar win-win solution antara industri kelapa sawit dan Pertamina.
Berdasar data Gapki, hingga Oktober 2018 produksi sawit Indonesia mencapai 4,5 juta ton. Produksi ini naik dibanding September yang hanya 4,4 juta ton.
Sebelumnya, Direktur Pengolahan Pertamina, Budi Santoso Syarif mengatakan Pertamina telah menguji coba di Kilang Plaju dengan metode co processing. Di kilang itu, Pertamina menguji coba mencampur CPO dengan minyak crude (mentah).
Ia memerinci saat dicampur minyak sawit 5%, kadar oktan bahan bakar ini menjadi 90,7. Kemudian jika ditambah 7,5% oktannya bisa 91,3. Dan terakhir kandungan sawit dinaikkan jadi 12%, octan numbernya mencapai 92.
Bahan baku minyak sawit yang digunakan ini berbeda dengan B20. Bahan yang digunakan oleh Pertamina bukan FAME melainkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) atau CPO yang diolah dan dibersihkan getahnya serta baunya. Sumber yang sama untuk hasilkan margarin atau minyak goreng.