JAKARTA – Enam bulan lalu kasus Covid-19 muncul untuk pertama kalinya di Indonesia, telah memaksa pemerintah melakukan beragam strategi guna memutus sebaran pandemi ini, salah satu yang diterapkan adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Cara demikian menjadi salah satu upaya dalam memutus virus Covid-19 yang pertama kali muncul di negara China itu, selain melakukan penyemprotan disinfektan dan penerapan hidup bersih.
Bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit, pandemi ini telah pula berdampak pada kegiatan aktivitas kebun, lantaran terbitnya beberapa kebijakan pembatasan. Diakui atau tidak dikatakan Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk., Geetha Govindan, dengan adanya pandemi Covid-19 perusahaan perkebunan kelapa sawit cukup terdampak.
Dampak itu umumnya bisa dilihat dari terjadinya perlambatan aktivitas dan kegiatan di seluruh unit operasional perusahaan perkebunan kelapa sawit. Alhasil, target perusahaan sangat berpotensi tidak tercapai seperti yang diharapkan.
“Pelambatan ini timbul akibat pembatasan mobilitas karyawan yang merupakan penggerak roda perusahaan. Namun hal ini tidak dapat dihindari dan harus dilakukan guna mencegah timbulnya penyakit di seluruh lingkungan perusahaan,” tutur Geetha kepada media, via email belum lama ini.
Lantas seberapa lama perkebunan kelapa sawit mampu tahan dengan situasi ini? Kata Geetha, kondisi pandemi tidak diketahui akan selesai sampai kapan hingga vaksin guna mengatasi Covid-19 ditemukan.
Pandemi telah mempengaruhi kinerja produksi minyak sawit perusahaan. Kegiatan pembatasan sosial dan pembatasan fisik mendorong perusahaan untuk menetapkan protokol-protokol baru supaya kegiatan operasional tetap dapat berjalan dengan baik. (*)