Pemerintah Indonesia berencana mendirikan kantor perwakilan sawit Indonesia di Turki untuk memudahkan para investor terutama importir, lebih mudah mencari informasi tentang prosedur impor dan relasi dengan perusahaan sawit Indonesia. “Pendirian kantor perwakilan ini untuk ekspansi pasar dan kita berharap bisa segera terealisasi,” kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian, Emilia Harahap di sela-sela Forum Bisnis Pelaku Usaha Palm Oil dengan Delegasi KBRI Ankara, Turki di Ruang Pola Gedung A Kantor Pusat Kementerian Pertanian di Jakarta pada Rabu (19/02/2014)
Dalam forum ini, produk sawit Indonesia dipromosikan dengan harapan ekspor produk sawit dari Indonesia terus meningkat. Selain itu, Turki diharapkan bisa dijadikan hub agar produk sawit Indonesia bisa masuk lebih mudah ke negara lain sekitar Turki. “Melalui Turki kita bisa kembangkan pasar ke negara lain,” katanya. Saat ini, volume ekspor produk sawit seperti Crude Palm Oil (CPO) asal Indonesia ke Turki masih rendah. Pada 2013, eskpor CPO Indonesia ke Turki hanya 297.000 ton dari total produksi CPO Indonesia sebanyak 28 juta ton.
Sementara itu, Ketua Dewan Sawit Indonesia Derom Bangun mengatakan produk sawit Malaysia lebih dikenal pengusaha Turki daripada CPO Indonesia. Penyebabnya Malaysia mengekspor produk sawit tidak hanya CPO tetapi produk hilir sawit lainnya. “Produksi sawit Indonesia terus meningkat sejak tahun 2006 dan lebih besar dari Malaysia. Namun kita ekspor ke Turki lebih terbatas ke produk crude oil. Itulah sebabnya banyak pengusaha di Turki lebih mengenal produk Malaysia karena Malaysia sudah lebih dahulu masuk ke produk hilirnya,” katanya.
Derom mengatakan kondisi Indonesia saat ini jauh berbeda karena sudah mampu memproduksi sawit hingga produk hilir tidak sekedar crude oil. “Dalam beberapa tahun ini, pemerintah Indonesia sudah menggenjot sektor sawit sampai ke hilir,” katanya. Sejumlah perusahaan lokal yang sudah melakukan hilirisasi produk sawit di Indonesia antara lain Wilmar dan Musimas. Di sisi lain, tidak menutup peluang para investor Turki berinvestasi membangun pabrik olahan sawit di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian di tahun 2013 menyebut, produksi CPO Indonesia sebanyak 28 juta ton. Sebagian besar atau sebanyak 18 juta ton CPO Indonesia diekspor, sisanya diserap di dalam negeri. Turki menempati urutan ke-15 pasar ekspor terbesar CPO Indonesia dengan nilai 297.056 ton di tahun 2013. India menempati posisi pertama pasar ekspor CPO Indonesia dengan nilai 4,3 juta ton disusul China dengan nilai 2 juta ton.
Di Turki, produk CPO bersaing ketat dengan minyak bunga matahari, minyak zaitun dan minyak kedelai. Porsi penggunaan ketiga minyak tersebut jauh lebih besar ketimbang CPO.