Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa industri kelapa sawit berperan signifikan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan serta pengentasan kemiskinan di Indonesia. Industri tersebit saat ini telah memperkerjakan 4 juta orang dan secara tidak langsung menyokong kehidupan bagi 12 juta penduduk sekitar kawasan perkebunan. Pada 2020, industri sawit juga diprediksi mampu menciptakan 12 juta lapangan kerja baru.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjamin industri kelapa sawit nasional tidak merusak lingkungan. Di hadapan para pebisnis Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Kepala Negara juga mengungkapkan, industri sawit memainkan peran signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional secara berkelanjutan. “Ekonomi dapat tumbuh tanpa harus merusak lignkungan dan ekosistem sekitar. Industri sawit misalnya, selama ini telah berkontribusi positif bagi pembangninan ekonomi nasional, selain menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, sektor ini juga turut berperan aktif dalam pembangunan di pedesaan,†kata Kepala Negara saat menjadi pembicara bertajuk Sustainable Indonesia di Ballroom Hotel Park Hyatt New York, AS, Kamis (25/9) pagi WIB.
Acara Sustainable Indonesia diprakarsai Kamar Dagang dan Idnustri indonesia (Kadin) bekerja sama dengan Kemenko Perkonomian beserta industri kelapa sawit, diantaranya GAR, Cargill, Wilmar dan Asian Agri. Rangkaian kegiatan digelar diantaranya bisnis forum, working dinner dan pengesahan New York Declaration on Forest dan penandatanganan Palm Oil Pledge yang dihadiri para wakil masyarakat sipil, pelaku bisnis dan pejabat pemerintah Indonesia maupun AS.
Presiden mengatakan, Indonesia sebagai negara agraris yang juga produsen kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2006 telah membuktikan bahwa pembangunan ekonomi dapat terwujud tanpa mengabaikan pelestarian lingkungan. Dia mencontohkan industri kelapa sawit yang selama ini dituding sebagai perusak lingkungan ternyata tidak terbukti.
Pada kesempatan itu, Presiden secara khusus memberikan ucapan selamat kepada sejumlah pimpinan perusahaan yang menjadi bagian dari New York Declaration on Forest and Sustainable Palm Oil Pledge. “Saya bergembira menjadi saksi bagi pernyataan komitmen perusahaan-perusahaan terkemuka Indonesia dalam hal pengelolaan hutan lestari dengan menjalankan komitmen baru. Apa yang disampaikan itu menegaskan kembali atas dukungan kalangan industri sawit nasional bagi praktik-praktik produksi secara berkelanjutan,†kata SBY.
Di sisi lain, Kepala Negara juga mengakui bahwa selama ini terdapat lima isu krusial yang mengganjal ruang gerak industri kelapa sawit nasional. Selain masalah harga, terdapat hambatan perdagangan (trade barriers), isu lingkungan, dan kesalahpahaman atas tumbuhan sawit yang dianggap merusak lingkungan. “Indonesia bisa menjamin bahwa sawit itu tidak merusak lingkungan. Sebetulnya banyak perusahaan yang menyelenggarakan program corporate social responsibility (CSR),†kata Presiden.
Di tempat yang sama, Menko Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, Pemerintah Indonesia mengapresiasi komitmen baru yang disepakati antara Kadin dan empat perusahaan minyak sawit nasional guna mendukung produktivitas industri secara berkelanjutan.
Chairul yang akrab dipanggil CT mengatakan, minyak sawit berperan signifikan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan serta pengentasan rakyat dari kemiskinan di Indonesia. “Industri minyak sawit saat ini telah memperkerjakan sekitar 4 juta tenaga kerja dan secara tidak langsung menyokong kehidupan 12 juta pada 2020 mendatang industri ini akan menciptakan 12 juta lapangan kerja baru,†kata CT.
CT mengungkapkan, sekitar 40% dari keseluruhan lokasi perkebunan kelapa sawit yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air, yang dikelola oleh kelompok kemitraan perkebunan atau yang bisa disebut plasma. Sementara itu, pendapatan pekerja hanya berkisar US$ 16-23 per orang setiap harinya. Jumlah tersebut kata CT, dua kali lipat dibandingkan gaji pada petani.
Di sisi lain, lebih dari lokasi perkebunan dan produksi terletak di daerah terpencil, yaitu di Pulau Sumatera, dan Kalimantan. “Kondisi ini tentu saja, akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami menyadari industri kelapa sawit selalu menjadi perhatian utama pada setiap kegiatan internasional, terutama menyangkut isu-isu berkelanjutan,†jelas dia.