• Latest
  • Trending
  • All
Petani Sawit Minta Dukungan Nyata Pemerintah

Kelapa Sawit Bisa Topang Ketahanan Pangan Indonesia

11/09/2020
Petani Sawit Berharap Program B35 Akan Kerek Harga TBS Rp3.500 Per Kilogram

Petani Sawit Berharap Program B35 Akan Kerek Harga TBS Rp3.500 Per Kilogram

02/01/2023
Melalui RAN-KSB, Tata Kelola Sawit Indonesia Akan Diperbaiki

Melalui RAN-KSB, Tata Kelola Sawit Indonesia Akan Diperbaiki

02/01/2023
KPU Rilis 11 Tahapan Pemilu 2024

KPU Rilis 11 Tahapan Pemilu 2024

01/31/2023
Bantah Black Campaign, BPDPKS Sebut Tudingan UE Tidak Benar Terkait Minyak Sawit

Bantah Black Campaign, BPDPKS Sebut Tudingan UE Tidak Benar Terkait Minyak Sawit

01/31/2023
Zulhas Akan ke Malaysia Bahas Larangan Ekspor Sawit Uni Eropa

Zulhas Akan ke Malaysia Bahas Larangan Ekspor Sawit Uni Eropa

01/31/2023
Mulai Besok, Pemerintah Akan Terapkan Bahan Bakar Campuran Sawit B35

Mulai Besok, Pemerintah Akan Terapkan Bahan Bakar Campuran Sawit B35

01/31/2023
Pemerintah Tingkatkan Persentase BBM Campur Sawit Jadi 35%

Pemerintah Tingkatkan Persentase BBM Campur Sawit Jadi 35%

01/31/2023
Swiss SECO Ke Petani Sawit : Kami Tidak Ikut Campur di UU UE Terkait Sawit

Swiss SECO Ke Petani Sawit : Kami Tidak Ikut Campur di UU UE Terkait Sawit

01/31/2023
BPDPKS Bantu Peremajaan Sawit Petani Seluas 500 Hektare di Solok Selatan

BPDPKS Bantu Peremajaan Sawit Petani Seluas 500 Hektare di Solok Selatan

01/30/2023
Petani Sawit SPKS Sekadau Lakukan Audit Sertifikasi ISPO

Petani Sawit SPKS Sekadau Lakukan Audit Sertifikasi ISPO

01/30/2023
Pemerintah Targetkan Realisasi Biodiesel Sawit Capai 13 Juta Kiloliter di Tahun 2023

Pemerintah Targetkan Realisasi Biodiesel Sawit Capai 13 Juta Kiloliter di Tahun 2023

01/30/2023
Petani Sawit Desa Tri Mulya Lakukan Transparansi Pengelolaan Dana Hibah RSPO

Petani Sawit Desa Tri Mulya Lakukan Transparansi Pengelolaan Dana Hibah RSPO

01/30/2023
Nasionalisme.co
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Nasionalisme.co
No Result
View All Result
Home Berita utama

Kelapa Sawit Bisa Topang Ketahanan Pangan Indonesia

by admin
11/09/2020
in Berita utama, Bisnis
Petani Sawit Minta Dukungan Nyata Pemerintah

JAKARTA – Pandemi Covid 19 dikhawatirkan bisa menyebabkan krisis pangan tingkat dunia. Masing-masing negara akan mengamankan stok pangannya untuk kebutuhan internal. Artinya negara penghasil beras seperti Thailand dan Vietnam cenderung tidak membuka ekspor beras hingga dua tahun ke depan.

Tidak ingin dikatakan terlambat dalam menangani isu pangan, Presiden RI Joko Widodo langsung menginstruksikan tiga menteri sekaligus untuk menciptakan kawasan food estate (lumbung pangan) di tengah pulau Kalimantan. Bukan hanya padi yang ditanam, melainkan juga ada umbi-umbian, kacang-kacangan, buah, dan sayur mayur.

Bagaimana dengan kelapa sawit? Sumber minyak goreng nabati yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia ini diakui atau tidak memainkan peran penting dalam menyediakan sumber pangan. Sawit juga disebutkan sebagai sebuah komoditas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang disarankan PBB.

Adanya perkebunan sawit di Sumatra contohnya, telah banyak membantu keluarga miskin memperoleh sumber penghasilan baru. Sebuah laporan yang dirilis The European Commission (Komisi Eropa) menyebutkan bahwa para petani sawit memperoleh penghasilan sepuluh kali lebih banyak ketimbang petani yang membudidayakan tanaman lainnya.

Hari ini diperkirakan sekitar 40 persen area perkebunan di Indonesia dimiliki oleh dua juta petani sawit, baik skala besar maupun kecil. Pengentasan kemiskinan lewat sawit juga merupakan hal yang lumrah di Malaysia.

Baca Juga:  Wisata Nepal yang 'Berdarah-darah' di Tengah Corona

Dalam peraturannya kebun sawit skala luas juga diwajibkan memberikan akses pendidikan dan layanan kesehatan yang layak bagi penduduk desa. Hal tersebut diatur untuk menjamin keluarga dan anak-anak pekerja kebun sawit mendapatkan standar kualitas hidup yang baik. Dengan demikian kesenjangan antara desa dan kota dapat ditekan.

Masyarakat desa tidak perlu silau akan kehidupan di kota. Investasi pada industri pangan diprediksi akan menjadi primadona di masa yang akan datang.

Pada 2050 kebutuhan pangan dunia akan meningkat drastis seiring dengan tercapainya 10 miliar jumlah penduduk. Masih menurut FAO, 9,8 miliar kilogram pangan dibutuhkan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan manusia pada 2012. Apa kabar untuk 2025?

Organisasi pangan yang bermarkas di Roma Italia itu mengatakan, jika ingin kebutuhan pangan pada tahun 2050 terpenuhi maka produksinya harus ditingkatkan 60 persen lebih banyak dari yang sekarang. Jika dihitung-hitung, akan memerlukan 200,25 juta ton minyak nabati tambahan untuk memenuhi ketersediaan pangan warga dunia.

Menariknya, apabila warga dunia memilih minyak nabati asal sawit hanya dibutuhkan 54 juta hektar lahan pertanian. Sementara jika minyak nabati dihasilkan dari kedelai akan memerlukan 400 juta hektar lahan pertanian baru. Selain itu, minyak sawit paling efisien hasilnya dalam hitungan per hektar jika dibandingkan dengan tanaman minyak nabati lainnya. Kebutuhan pestisida dan pupuknya juga yang paling sedikit.

Baca Juga:  Gelar MFM, Malang Bisa Jadi Kiblat Fashion di Asia

Hal ini ditekankan bukan untuk mendeskritkan minyak nabati dari tanaman lain, namun lebih kepada menekankan bahwa sawit memiliki peran penting dalam isu ketahanan pangan nasional bahkan global. Dimana membuka lahan pertanian baru bukanlah perkara mudah di tengah makin padatnya penduduk dan perubahan iklim yang parah.

Jika sawit dinilai paling efisien dalam memenuhi kebutuhan pangan, bagaimana dengan kandungan gizinya?

Aspek fortifikasi atau pengayaan zat gizi pada pangan juga tidak boleh diabaikan dalam hal ini. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban gizi ganda, sebagaimana laporan dari Global Nutrition Report (GNR) pada tahun 2018.

Maka dari itu untuk melakukan percepatan perbaikan gizi, pemerintah melakukan fortifikasi pada sejumlah pangan di Indonesia, seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng sawit.

Hasilnya, pada Februari tahun lalu Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek merilis penurunan jumlah stunting dari 37,2% menjadi 30,8%. Namun demikian WHO tetap meminta angka stunting di bawah 20% bahkan nol.

Dr. Darmono Taniwiryono, MSc peneliti bioteknologi perkebunan sekaligus Ketua Umum Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia menyebutkan bahwa kandungan Betakaroten dalam Virgin Red Palm Oil (Minyak sawit merah alami) 15 kali lebih tinggi daripada wortel dan 30 kali lebih banyak dari tomat.

Baca Juga:  Sawit Wujudkan Kawasan Berkembang dan Masyarakat Sejahtera

Selain itu kandungan vitamin E di dalamnya lebih banyak dibandingkan minyak nabati lainnya. Lemak jenuh dan lemak tidak jenuh pada Minyak sawit merah alami juga terhitung seimbang. Namun demikian, Darmono meminta masyarakat untuk menghindari konsumsi minyak jelantah, gunakan minyak sawit yang segar.

Pemerintah Indonesia sendiri nampaknya benar-benar serius menggarap komoditas yang satu ini. Buktinya pada tahun 2015 dibentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Lembaga ini berada di bawah Kementerian Keuangan. Tugasnya menghimpun dan mengelola dana sawit dari pelaku usaha perkebunan untuk melaksanakan program pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan. Harapannya agar perkebunan sawit di Indonesia mampu membawa dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat secara luas namun tetap mengutamakan aspek lingkungan.

Target produksi sebanyak 40 juta ton minyak sawit atau crude palm oil (CPO) serta 35 ton buah sawit segar atau fresh fruit bunches (FFBs) per hektare dengan tingkat ekstraksi 26% tertuang dalam visi 35:26. Maka sejalan dengan pemaparan di atas, boleh lah kita sebagai bangsa Indonesia menatap asa Ketahanan pangan lewat kelapa sawit. (*)

Nasionalisme.co

Copyright © 2013-2020

  • About us
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa

Copyright © 2013-2020