Tinggal beberapa jam lagi Kalijodo bakal rata dengan tanah. Namun sejak beberapa hari, daerah ini banyak bertabur bunga. Ini bukan bunga ucapan selamat atau prihatin terhadap penggusuran, tetapi bunga untuk buang sial. Bunga itu bertaburan di jalanan.
Selama ini Kalijodo dikenal sebagai kawasan hiburan. Pelacur dan pemilik kafe adalah pihak yang berkeras menarik pelanggan. Banyak pelanggan jaminan rezeki lancar. Dan pelanggan itu pula simbol keberhasilan sebuah tempat hiburan.
Persaingan ketat terjadi antar pelacur dan antar pemilik kafe. Banyaknya gadis cantik yang dipajang serta menariknya aksesoris dalam kafe tidak menjamin pelanggan datang. Untuk itu rata-rata mereka percaya, harus ada penglaris dan pemikat yang bernilai mistis agar pelanggan datang dan tidak pindah ke lain hati. Ini yang menjadi alasan, dilibatkannya spiritualis untuk membantu usaha itu.
Menurut Mbah Marto (66), spiritualis asal Solo, dunia hiburan yang terlihat selalu gembira itu merupakan kumpulan orang-orang yang punya batin renta. Mereka gampang stres dan putus asa. Untuk itu rata-rata pelacur, penjudi, pengusaha kafe dan pengusaha perjudian punya spiritualis. Selain untuk melariskan usahanya, juga untuk memberi dorongan batinnya.
Di Kalijodo tidak berbeda. Rata-rata pelacur itu akan memainkan nasib laki-laki melalui kocokan ‘kartu panggilan’ mistis, juga mantra dan sesaji tidak akan lupa. Sedang pengusahanya sudah ‘dikuati’ orang-orang pinter yang biasanya digaji bulanan.
Tentang banyaknya bunga mendekati penggusuran Kalijodo, menurut Mbah Marto, itu bukan untuk mencelakai petugas yang mengeksekusi. Bunga-bunga itu hanya untuk buang sial. Ada juga kembang telon (bunga tiga macam), bunga kera macan, atau bunga lengkap yang direndam dalam air sebelum disiramkan di jalanan.
“Biasanya di perempatan atau pertigaan jalan. Tapi kalau sulit mencari lokasi seperti itu, di jalanan biasa juga sama. Itu diberi uang receh. Ini soal kepercayaan ya,” katanya pada Nasionalisme.co. jss