• Latest
  • Trending
  • All
Kenapa Ramalan Bill Gates Banyak Terbukti?

Kenapa Ramalan Bill Gates Banyak Terbukti?

02/23/2022
Apkasindo Aceh Sebut Harga Sawit 1 Ton Setara Pupuk 1 Sak

Harga CPO Melonjak, Emiten Sawit Cuan Hingga Rp 295,6 miliar

05/27/2022
Kemenko Bidang Ekonomi Sebut Indonesia Raja Sawit Global

Kemenko Bidang Ekonomi Sebut Indonesia Raja Sawit Global

05/27/2022
Kementan Terapkan Uji DNA Benih Sawit Demi Tingkatkan Produktivitas

Kementan Terapkan Uji DNA Benih Sawit Demi Tingkatkan Produktivitas

05/27/2022
Limbah Sawit PKE Sebanyak 7 Ribu Ton di Ekspor ke Korsel

Limbah Sawit PKE Sebanyak 7 Ribu Ton di Ekspor ke Korsel

05/27/2022
Menko Marves – GIMNI Sebut Audit Perusahaan Sawit Butuh Badan Khusus

Menko Marves – GIMNI Sebut Audit Perusahaan Sawit Butuh Badan Khusus

05/26/2022
Sejumlah Pabrik di Belitung Kembali Beli Hasil Panen Petani Sawit

Sejumlah Pabrik di Belitung Kembali Beli Hasil Panen Petani Sawit

05/26/2022
Sejumlah Pabrik di Belitung Mulai Menerima Sawit Petani

Sejumlah Pabrik di Belitung Mulai Menerima Sawit Petani

05/26/2022
5 Tips Merawat Rem Tromol Pada Motor

5 Tips Merawat Rem Tromol Pada Motor

05/26/2022
Emiten Sawit TAPG Siapkan Ekspansi Bangun Refinery

Emiten Sawit TAPG Siapkan Ekspansi Bangun Refinery

05/25/2022
Teknologi Terbaru, Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap

Teknologi Terbaru, Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap

05/25/2022
Pemerintah Siapkan Koperasi Bangun Pabrik Sawit Merah

Pemerintah Siapkan Koperasi Bangun Pabrik Sawit Merah

05/25/2022
Bisakah Bank Blokir Rekening Penipu?

Bisakah Bank Blokir Rekening Penipu?

05/25/2022
Nasionalisme.co
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Nasionalisme.co
No Result
View All Result
Home Berita Pilihan

Kenapa Ramalan Bill Gates Banyak Terbukti?

by admin
02/23/2022
in Berita Pilihan, Berita utama, Teknologi
Kenapa Ramalan Bill Gates Banyak Terbukti?

Bill Gates bukan Ronggowarsito, pujangga besar budaya Jawa yang syair-syairnya ditafsirkan sebagai ramalan. Karya pujangga yang hidup pada 1802-1873 ini dianggap petunjuk tentang zaman kalabendu. Bill Gates juga berbeda dari Jayabaya, Raja Kediri yang terkenal dengan ramalannya tentang negeri bernama Nusantara.

Ketika wabah Covid-19 merebak dan melanda sebagian besar negara di dunia pada awal 2020, nama Bill Gates melesat menjadi buah bibir di mana-mana. Apalagi setelah pendiri Microsoft ini mendanai penelitian untuk mendiagnosis dan meneliti vaksin corona.

Dana yang digelontorkan tidak tanggung-tanggung: US$ 250 juta (setara Rp 3,5 triliun). Tidak sedikit yang kagum, namun banyak pula yang curiga. Pengusaha paling tajir di muka bumi ini dicurigai ingin merebut sistem kendali kesehatan global dan mengambil keuntungan darinya. Tudingan paling serem muncul: Bill Gates adalah pencipta virus corona.

Tuduhan itu tentu bukan tanpa sebab. Jauh sebelum wabah Covid-19 melanda dunia, Bill Gates sudah bicara tentang potensi ancaman bahaya virus mirip flu Spanyol ini. Peringatan ini dia ulang kembali lima tahun lalu di diskusi yang diadakan oleh Massachusetts Medical Society dan New England Journal of Medicine pada April 2018. Virus itu dia sebut kemungkinan berasal dari binatang seperti burung, ayam atau babi. Ramalan mertua Nayel Nassar ini terbukti benar. Virus Covid-19 meski tak sama persis seperti disebutkan Bill Gates, menyerang warga bumi, bergelombang dan bermutasi menjadi beraneka varian hingga membuat repot kita.

Prediksi yang menjadi kenyataan itu membuat orang penasaran dan mencari tahu prediksi lain yang pernah dipaparkannya. Buku Business @ the Speed of Thought yang diterbitkan Bill Gates pada 1999 menjawab rasa penasaran itu. Wow, ada 15 prediksi Gates di buku itu yang menjadi kenyataan 20 tahun kemudian. Dimulai dari peran perangkat seluler di kehidupan manusia, pembayaran instan dan pembiayaan online, asisten pribadi, media sosial, situs perbandingan harga, perekrutan online, dan lain-lainnya. Intinya, apa yang dilakukan warga dunia dengan perangkat seluler sekarang inilah yang diprediksi Bill Gates di bukunya.

Buku ini sebenarnya berbicara bagaimana teknologi membantu bisnis melakukan transformasi di masa mendatang. Para manajer perusahaan didorong untuk memandang teknologi sebagai aset strategis, bukan beban biaya. Tujuannya supaya perusahaan mampu beradaptasi sehingga tetap tumbuh, berkembang, dan menggarap peluang bisnis baru. Tapi, yang heboh dari buku ini adalah prediksi yang menjadi kenyataan. Jumlahnya 15 prediksi yang jitu. Bill Gates pun dijuluki cenayang jenius, peramal ulung, dan semacamnya.

Bill Gates Bukan Meramal, Ya

Bill Gates tentulah tidak sedang meramal ketika membuat prediksi. Dia bukanlah paranormal, peramal atau cenayang. Dia berbeda dari Ronggowarsito, pujangga besar budaya Jawa yang syair-syairnya ditafsirkan sebagai ramalan. Karya pujangga yang hidup pada 1802-1873 ini dianggap petunjuk tentang zaman kalabendu. Bill Gates juga berbeda dari Jayabaya, Raja Kediri yang terkenal dengan ramalannya tentang negeri bernama Nusantara. Raja yang memerintah pada 1135-1157 ini pernah meramal adanya prau mlaku ing nduwur awang-awang (perahu berlayar di atas awan) yang diartikan sebagai pesawat terbang akan hadir pada suatu masa.

Sebagai seorang teknologis, pemimpin bisnis, dan filantropis, Bill Gates selalu bekerja dengan data. Setiap keputusan bisnis yang diambil, tentulah berdasarkan data. Begitu juga ketika dia memprediksi perubahan dan trend di masa depan. Data-data historis yang jumlahnya jutaan, bahkan milyaran itulah yang menjelaskan perubahan perilaku pelanggan, produk yang banyak dibutuhkan 10 tahun ke depan, layanan kesehatan, dan lain-lain. Semuanya berbicara tentang masa depan. Prediksi dan proyeksi Bill Gates itu sesungguhnya data yang berbicara. Loh, kok bisa? Ya, bisalah. Coba simak pengalaman sederhana berikut ini.

Ketika kita menggunakan Google Maps sebelum pergi ke kota A, perangkat digital ini sudah memprediksi waktu tempuh dengan mobil, motor, kereta api, sepeda atau jalan kaki. Kalau pakai mobil, ada pilihan rute jalan arteri dan jalan tol serta perbedaan waktu tempuh. Jika di tengah jalan ada gangguan seperti macet, perangkat ini memberi tahu keterlambatan berapa lama. Bahkan, kita dicarikan jalur alternatif kalau mau. Begitulah perangkat ini terus memberi update informasi. Jangan heran kalau durasi tempuh perjalanan yang riil dan yang diprediksi perangkat digital ini tidak jauh berbeda. Apakah Google Maps sedang meramal? Tentu tidak.

 

Saatnya Mendalami Analisis Prediktif

Baik Bill Gates maupun Google Maps memprediksi sesuatu berdasarkan hasil analisis prediktif dalam bentuk insight tentang apa yang akan terjadi atau trend ke depan. Insight ini berasal dari jutaaan, bahkan milyaran data yang dikumpulkan, diolah, dan diesktrak sehingga menghasilkan gambaran tentang perubahan yang akan terjadi di masa depan. Di sini, kata kuncinya adalah data. Semakin banyak data yang diolah, semakin akurat prediksi yang dihasilkan. Semakin sedikit data yang diolah, makin sulit mendapatkan insight dan prediksi yang akurat.

Coba diingat ketika kita memasuki daerah yang jarang dilalui kendaraan. Lalu gunakan Google Maps untuk memandu kita mencari suatu tempat. Apa yang terjadi? Perangkat ini tidak dapat memperkirakan waktu tempuh dan memberikan rute jalan. Bahkan, tempat yang ingin dituju tidak ditemukan di aplikasi ini. Sumber masalahnya satu: tidak ada data tentang tempat ini di Maps. Atau datanya minim sehingga tidak dapat diolah. Makanya jangan pakai Google Maps kalau lokasinya jarang dikunjungi orang, jarang dilalui kendaraan, dan jarang dicari di aplikasi ini. Bagi Google Maps, intensitas lalu lalang kendaraan, kunjungan orang, pencarian lokasi ini di aplikasi adalah data untuk membuat analisis prediktif.

Dalam predictive analytics, data historis digunakan untuk membangun model matematika yang menangkap trend. Pemodelan data dan analisis dilakukan dengan menerapkan algoritma dalam data yang diolah. Di sini dibutuhkan peranti teknologi yang berkaitan dengan Big Data, Machine Learning, Artificial Intelligence, Cloud Computing, sampai Statistik. Seperti kita ketahui, analisis prediktif adalah bentuk analisis tingkat lanjut yang menggunakan algoritma pembelajaran mesin dan teknik analisis statistik untuk merumuskan prediksi trend ke depan, perubahan, dan perilaku obyek yang akan dianalisis.

Analisis prediktif semakin dibutuhkan, terutama di era digital. Bukan hanya perusahaan, tapi juga lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan institusi lain. Terlebih lagi startup maupun konsultan bisnis. Teknologi untuk membangun perangkat analisis prediktif semakin tersedia. Fitur-fitur yang disediakan oleh NEXTPLATFORM, AWS, RedHat, Google Cloud, Microsoft Azure, Oracle Cloud, dan lain-lain sangat membantu untuk mengembangkan analisis prediktif dalam rangka transformasi digital. Dengan teknologi ini, trend masa depan, 10 atau 20 tahun ke depan dapat diprediksi seperti yang dilakukan oleh Bill Gates dua dekade yang lalu.

 

* Arif Firmansyah

Mantan wartawan dan pelaku bisnis digital

 

Tags: TeknologiTeknologi DigitalTransformasi BisnisTransforms Digital
Nasionalisme.co

Copyright © 2013-2020

  • About us
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa

Copyright © 2013-2020