Memasuki masa pensiun bukan halangan bagi Dabiruddin (63) untuk tetap produktif. Warga Lunang Pesisir Selatan Sumatera Barat, yang merupakan pensiunan TNI AD ini berhasil menciptakan mesin pabrik kelapa sawit mini.
Dabiruddin berhasil membuat teknologi tepat guna (TTG) berbagai mesin olah produksi perkebunan, salah satunya adalah mesin pabrik kelapa sawit mini. Setelah melalu berbagai uji coba, mesin ini berhasil memproduksi dan mampu meningkatkan pendapatan petani sawit di daerahnya.
Ide pembuatan pabrik sawit mini ini muncul pada tahun 2014, saat Dabiruddin melihat hasil perkebunan petani tidak dibeli maksimal dengan harga murah oleh pedagang dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Dengan bekal ilmu dari Jurusan Mesin Sekolah Teknik Menengah (STM) yang dimilikinya, dia beranikan membuat terobosan.
“Saya amat sadar, luasnya lahan perkebuan sawit rakyat sehingga produksinya tidak tertampung oleh pabrik perusahaan-perusahaan yang telah memiliki lahan perkebunan sendiri untuk menjamin ketersediaan bahan baku mereka,” katanya.
Hal inilah yang membuat hasil panen petani dinomorduakan sehingga banyak petani merugi karena hasil panen mereka tidak tertampung lagi. Para petani membutuhkan lebih banyak lagi PKS terutama PKS mini untuk segera mengolah hasil panen kebun mereka.
Sejak beroperasi, kini mesin pabrik kelapa sawit mini milik Dabiruddin telah berhasil dan telah memproduksi sekitar 80 ton CPO. Pabriknya mampu mengolah 500 kg tandan buah segar (TBS) per jam.
Dijelaskan Dabiruddin, pengolahan dengan menggunakan pabrik mini ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan TBS dijual langsung ke toke atau pedagang. Pabrik mini buatannya sanggup melayani produksi lahan 100 hektare.
“Setiap satu ton TBS memberikan keuntungan sebesar Rp 1 juta. Jika dibandingkan harga TBS sekarang yang hanya dibeli pedagang Rp700 per kilogram atau Rp700.000 per ton, maka dengan mengolah di pabrik mini satu ton TBS setara dengan Rp 1,7 juta,” katanya.
Dikatakannya, biaya pembuatan pabrik mini pengolah kelapa sawit ini satu set sekitar Rp400 juta di luar gudang. Seluruh komponen (kecuali mesin penggerak) dapat dibuatnya sendiri dengan peralatan yan sudah tersedia di bengkelnya. Beberapa komponen dari PKS mini ini yang harus dibiayai adalah, satu unit boiler kapasitas 500 kg uap/jam, satu unit sterilizer kapasitas 1 ton tandan buah segar (TBS) per jam, satu unit mesin penebah /threser.
Dikatakannya, secara teori pabrik kelapa sawit mini merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5 – 1,5 ton TBS/jam. PKS mini dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 160 – 500 ha.
PKS mini hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift termasuk pengawas dan tenaga teknik, memanfaatkan cangkang dan tandan kosong sebagai bahan bakar, sangat mudah dioprasikan dan hanya memerlukan lahan seluas 2.500 s/d 15000 m2 dengan bangunan sederhana seluas 250 m2. Rancangan PKS mini cukup sederhana sehingga pemeliharaannya mudah dan dapat dilakukan oleh teknisi dengan kualifikasi STM.
Adapun estimasi biaya investasi pembangunan pabrik kepala sawit mini mulai dari Rp1,25 miliar untuk kapasitas 500 kg/jam. Kini mesin karya Dabiruddin menjadi salah satu andalan TTG Pemkab Kabupaten Pesisir Selatan.