• Latest
  • Trending
  • All
Mengakrabi Pengemis di Kota Mumbay

Mengakrabi Pengemis di Kota Mumbay

08/23/2016
Kembali Eksis, Emiten Sawit Grup Bakrie Paparkan Perkembangan Bisnisnya

Kembali Eksis, Emiten Sawit Grup Bakrie Paparkan Perkembangan Bisnisnya

08/13/2022
Lindungi Petani Sawit, Kemnaker Buat MoU Bersama Malaysia Perkuat Keamanan Tenaga Kerja Indonesia

Lindungi Petani Sawit, Kemnaker Buat MoU Bersama Malaysia Perkuat Keamanan Tenaga Kerja Indonesia

08/13/2022
Sosialisasi Peremajaan Sawit, DKPP Sebut Bibit Unggul dan Produktif Sangatlah Penting

Sosialisasi Peremajaan Sawit, DKPP Sebut Bibit Unggul dan Produktif Sangatlah Penting

08/13/2022
Mulai Merangkak, Harga Sawit di Aceh Timur Sampai Rp 1.500 Per Kilogram

Mulai Merangkak, Harga Sawit di Aceh Timur Sampai Rp 1.500 Per Kilogram

08/12/2022
Signifikan, Tercatat Ekspor Minyak Sawit Naik Pada Juni 2022

Signifikan, Tercatat Ekspor Minyak Sawit Naik Pada Juni 2022

08/12/2022
Peremajaan Sawit, BPDPKS Salurkan Dana Untuk Dua Desa di Indragiri Hilir

Peremajaan Sawit, BPDPKS Salurkan Dana Untuk Dua Desa di Indragiri Hilir

08/12/2022
10 Prodi Unair Berhasil Memperoleh Akreditasi Internasional

10 Prodi Unair Berhasil Memperoleh Akreditasi Internasional

08/11/2022
Petani Sawit Siak Senang Harga Mulai Naik

Petani Sawit Siak Senang Harga Mulai Naik

08/12/2022
Diresmikan, Pabrik Sawit di Abdya Akan Mulai Beroperasi September

Diresmikan, Pabrik Sawit di Abdya Akan Mulai Beroperasi September

08/12/2022
Optimis, Zulhas Yakin Akhir Agustus Harga Sawit Akan Naik

Optimis, Zulhas Yakin Akhir Agustus Harga Sawit Akan Naik

08/12/2022
Capai Rp 1.470 Per Kilogram, Harga Sawit di Abdya Terus Meningkat

Capai Rp 1.470 Per Kilogram, Harga Sawit di Abdya Terus Meningkat

08/10/2022
Rangkul 140 Petani, Apkasindo Ingin Peremajaan Sawit Seluas 14 Ribu Hektare Terealisasi

Rangkul 140 Petani, Apkasindo Ingin Peremajaan Sawit Seluas 14 Ribu Hektare Terealisasi

08/10/2022
Nasionalisme.co
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Nasionalisme.co
No Result
View All Result
Home Berita utama

Mengakrabi Pengemis di Kota Mumbay

by admin
08/23/2016
in Berita utama, Wisata
Mengakrabi Pengemis di Kota Mumbay

Hidup di Kota Mumbay India, rasanya seperti ada di tengah aksi unjukrasa. Ramai, sesak dan pengap. Itu karena saking banyaknya manusia. Hanya ada jalan-jalan tertentu yang agak lengang.

Suasana seperti itu terjadi sejak pagi buta hingga larut malam. Lalu-lalang orang sambung-menyambung. Berjalan cepat-cepat sambil bicara. Ditimpa bunyi klakson mobil yang tidak henti-henti. Keriuhan itu mereda ketika sudah pukul 12 malam.

Namun di tengah hari, situasi agak lengang. Di siang hari itulah saya biasa jalan-jalan. Keluar hotel dan menyusuri berbagai kawasan. Melihat dan berusaha menyelami kehidupan di kota yang mahal ini.

Di Kota Mumbay, orang kaya dan miskin menumpuk. Yang kaya bebas pamer kekayaannya. Dan yang miskin juga sama. Maka jika melihat gedung-gedung megah, kita akan kaget, karena di bawahnya, di emper-emper gedung itu juga berdiri rumah-rumah kardus.

Kota ini hidup 24 jam. Itu karena Mumbay dipakai sebagai pintu keluar masuk barang dari dan ke India. Ekspor dan impor melalui Mumbay. Untuk itu jangan kaget jika pelabuhan dan bandara tidak pernah tutup.

Malah di bandara Mumbay, Chhatrapati Shivaji (Sahar), antrian orang masuk untuk pemeriksaan dokumen itu mengular. Riuh. Itu saking padatnya arus kedatangan melalui kota ini. Beda jauh dengan New Delhi yang berfungsi khusus sebagai kota pemerintahan.

Baca Juga:  Mungkinkan Peran Sawit Tergantikan?

Ini rasanya bisa dicontoh Indonesia. Otonomi daerah harus ada kekhususan. Tidak tiap daerah dibebaskan suka-suka. Hingga untuk urusan lombok (cabai) saja, kadang mahal kadang tidak ada yang beli. Itu karena setiap daerah bebas menanam jika komoditas itu sedang mahal di pasaran.

Di India, tiap negara bagian diberi hak khusus untuk urusan tertentu. Misal Mumbay sebagai keluar masuk barang ekspor dan impor negeri ini. Kota Pune dikhususkan industri dan pengembangan teknologi. Agra khusus daerah wisata. Bhopal teknologi strategis. Dan New Delhi khusus untuk ibukota dan kota pendidikan, hingga suasananya lebih ayem ketimbang daerah yang lain.

Sebagai kota yang riuh dan sesak, Kota Mumbay menyimpan dampak dari dinamika itu. Pelacuran terbuka di kota ini, di Nalbazar, juga banyak kaum miskin menjadi pengemis untuk bertahan hidup. Konsentrasi pengemis itu terbanyak ada di Darga Ali.

Ini sebuah makam ulama Islam, yang letaknya menjorok di tengah laut. Oleh pemerrintah India dibangun jalan beton menuju makam itu. Di sepanjang jalan beton itulah pengemis bertebaran.

Pengemis-pengemis ini membuat kita jijik. Mereka makan tidak pakai alas, tetapi makanannya, nasi yang diberi kuah itu ditaruh begitu saja di jalan beton itu dan disantap ramai-ramai. Kuah itu gule, yang seluruh India menyukai, hingga dimana-mana bau gule.

Baca Juga:  OYO Makin Agresif Perluas Jaringan Hotel

Gara-gara melihat mereka makan, saya jadi nek untuk makan nasi dan gule. Selama jalan-jalan di India, saya beli kue-kue kering India yang beraneka rasa itu, dan kue itu saya makan ketika merasa lapar.

Pengemis-pengemis itu sangat beda dengan di Indonesia. Yang membedakan adalah pakaiannya. Jika di Indonesia baju pengemis itu bagus dan bersih, di India bajunya sudah tidak tampak motifnya. Saking dekil dan kumalnya, semula saya pikir dia orang gila.

Suatu hari saya bertemu seorang pengemis di Jalan Haji Ali, tengah kota Mumbay. Dengan bahasanya dia minta derma. Saya ingin menikmati gaya pengemis yang terus ngoceh ini. Saya duduk di jalanan sambil tersenyum.

Dia terus bicara sambil memainkan tangan, dan memegang perut serta mulutnya. Secara instingtif saya tahu, bahwa dia sedang lapar dan haus.

Kebetulan saya banyak uang receh. Itu karena bingung lihat uang India, maka tiap membeli sesuatu saya selalu membayarnya dengan uang kertas yang nilainya besar. Saya dapat kembalian uang receh-receh tadi. Saking banyaknya uang receh itu, sampai sekarang saya masih menyimpan recehan-recehan itu.

Yang saya ingat, tiap Rupee India nilainya sama dengan Rp 400,-. Maka pengemis itu saya kasih 5 Rupee. Apa reaksinya? Pengemis itu yang sekarang tersenyum sambil mengembalikan uang itu.

Baca Juga:  Ritus Pemuja Setan (11-Habis) : Tanggal Sial Itu Tidak Sial Bagi Jepang

Akhirnya saya mengambil recehan banyak, dan saya taruh di tangan. Dia saya suruh ambil sendiri uang yang dibutuhkannya.

Dia hanya ambil 15 Rupee. Dia cium kaki saya yang cepat-cepat saya berdirikan. Dia ganti cium tangan saya, dan berjalan pergi sambil bilang ‘milktea’. Maksudnya adalah dia akan beli teh susu, minuman kesukaan warga India. Djoko Su’ud Sukahar

Nasionalisme.co

Copyright © 2013-2020

  • About us
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa

Copyright © 2013-2020