Upaya menemukan bahan bakar dari minyak kelapa sawit terus dilakukan untuk mengganti sumber bahan bakar dari fosil. Upaya ini menunjukkan perkembangan positif setelah Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) sukses mengembangkan katalis perengkahan (cracking) minyak sawit menjadi bensin nabati.
Ketua Program Studi Teknik Kimia ITB, I.G.B.N Makertihartha mengatakan bahan bakar nabati hasil olahan dari minyak kelapa sawit ini merupakan bensin berkualitas tinggi. Bahan bakar nabati bersifat drop-in artinya bisa digunakan didalam mesin secara langsung tanpa dicampur dengan bahan bakar fosil.
“Minyak sawit yang sudah dihilangkan getahnya langsung kita gunakan, jadi biaya produksinya jadi lebih murah,” kata Makertihartha di Bandung pada 30 Mei 2019. Bahan bakar bensin nabati memiliki oktan riset atau research octane number (RON) sekitar 100-120. Perolehan bensin melalui proses ini terbuat dari 50 persen massa dari kelapa sawit sebagai pancingannya.
Selain dijadikan bahan bakar bensin nabati juga menghasilkan LPG nabati dengan perolehan 20 persen massa. Inovasi yang dilakukan ini memberikan peluang untuk memenuhi bahan bakar bensin secara nasional.
“Yang kita kembangkan disini katalisnya hasil kerjasama penelitian kami yang dibiayai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit,” katanya. Pihaknya telah merancang pabrik utama untuk produksi bensin nabati dengan minyak kelapa sawit dengan kapasitas 8 ton per jam.
Menurut dia, biaya untuk memproduksi bahan bakar bensin nabati ini lebih murah dibandingkan harga bensin saat ini. “Harganya skema bisnisnya agak berbeda tidak 100 persen menjual ini tetapi harus di-blending (pencampuran) dan harganya jauh lebih murah dengan bensin yang dipasarkan sekarang,” katanya.