Demi meningkatkan produksi gula untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, maka tidak ada kata lagi selain memperluas luas areal tebu.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia B Didik Prasetyo menghimbau kepada pelaku usaha untuk terus memperluas areal tanaman tebu. Perluasan ini wajib dilakukan bila ingin meningkatkan produksi gula kristal putih (GKP).
Sebab harus diakui bahwa menurunnya produksi gula tahun 2014 dan tahun 2015 kemarin lebih disebabkan karena menurunnya luas areal tanaman tebu. Adapun menurunya luas areal tanaman tebu lebih disebabkan karena harga gula di tahun 2013 dinilai kurang menarik.
Artinya harga produksi jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual. Artinya dengan harga tersebut petani tidak mendapatkan keuntungan. Alhasil bukan tidak mungkin luas areal tanaman tebu ikut menyusut seiring menyusutnya harga lelang gula.
Melihat hal ini maka harus ada solusi agar petani kembali menanam tebu, sehingga luas areal tanaman tebu kembali meningkat. “Jadi perlu dicarikan (solusi) agar petani mau menanam tebu dengan penghasilan yang bisa diprediksi sehingga bisa paham saat ditebang sudah memperoleh berapa,” jelas Didik.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Agus Pakpahan menambahkan selain meningkatkan perluasan lahan juga diperlukan bagaimana caranya untuk meningkatkan rendemen tebu. Sebab akan sangat percuma jika luas lahan bertambah tapi kadar rendemennya kecil itu sama saja.
Bahkan dengan meningkatkan rendemen ada banyak hal yang diuntungkan. Pertama dengan meningkatkan kadar rendemen maka bisa meningkatkan produksi. Kedua dengan meningkatkan rendemen maka penghasilan petani juga akan meningkat.
“Maka dalam hal ini selain memperluas lahan juga harus meningkatkan rendemen,” ucap Agus.
Melalui hal tersebut maka diharapkan produksi gula bisa meningkat. Alhasil tujuannya agar bisa mengurangi impor dan tercipta swasembada gula. Sebab seperti diketahui bahwa setiap tahunnya Indonesia membutuhkan 3 juta ton GKP.
Terbukti, berdasarkan catatan AGI, pabrik gula (PG) milik BUMN hanya bisa memproduksi GKP sebanyak 1,6 juta ton. Sedangkan tahun lalu sebesar 1,45 juta ton. Kemudian PG milik swasta tahun 2016 ini diperkirakan bisa memproduksi 1 juta ton. Sehingga bila dijumlahkan sekitar 2,6 juta ton GKP.
“Maka jika melihat angka konsumsi dikurangi dengan produksi ada sekitar 400 ribu ton kekuranngannya,” tambah Ketua Dewan Pengarah Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Dolly Pulungan.
Dolly yang juga Direktur Utama PTPN XI ini menjelaskan, ada 51 PG BUMN yang beroperasi tahun ini mengenjot produksinya agar bisa mencapai 2 juta ton. Salah satu langkah yang dilakukan adalah efisiensi, konversi lahan dan meningkatkan produksi.
Melihat pentingnya perluasan lahan, Dolly yang juga Direktur Utama PTPN XII akan menambah luas areal tanaman tebu
sebesar 300 hektar. Sehingga total areal tanaman milik PTPN XI menjadi 11.989 hektar diantaranya yaitu, Cilacap, Banyumas, Brebes, Kandal, Karanganyar, Jepara dan Pekalongan.
“Jadi dengan menambah luas areal dengan kadar rendemen yang kita punya mencapai diatas 10%, maka diharapkan produksi tahun ini bisa meningkat,” pungkas Dolly. FN