JAKARTA-Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2017 tumbuh 5,01 persen. Catatan ini tidak berubah dibandingkan kuartal I tahun yang sama. Dengan demikian, sepanjang semester I 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen.
“Pertumbuhan 5,01 masih di bawah ekspektasi, tetapi lumayan bagus kalau mempertimbangkan perekonomian global. Kita memang berada di bawah Cina, tetapi di atas Amerika Serikat yang tumbuh 2,1 persen, Singapura 2,5 persen,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8).
Menurut dia, konsumsi masyarakat masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2017 tumbuh 4,95 persen dibandingkan kuartal 1 2017.
Pertumbuhan didorong oleh konsumsi makanan dan minuman, termasuk restoran. Sedangkan, konsumsi nonmakanan mengalami perlambatan. “Ini membuktikan bahwa daya beli masyarakat masih kuat. Kalau ada daya beli masyarakat turun, tidak. Ini adalah sebuah bukti bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh kuat di 4,95 persen,” kata Suhariyanto.
Namun, menurut dia, konsumsi rumah tangga Indonesia bergerak dari lapisan bawah ke lapisan atas dan perilakunya berbeda. Dari indikasi yang ada, BPS meminta pemerintah mesti memberikan perhatian kepada 40 persen masyarakat lapisan bawah.
Sebab, di sana ada indikasi upah riil buruh bangunan turun, termasuk upah buruh tani yang juga mengalami penurunan. “Jadi, perlu perhatian ke depan supaya pertumbuhan daya beli menengah ke bawah lebih bagus,” ujar Suhariyanto.
Sementara, lanjut dia, kalau dilihat dari kelas menengah ke atas situasinya berbeda. Kalau dilihat dari transaksi debit, masih cukup tinggi meskipun melambat. Tetapi, ada indikasi persentase pendapatan yang ditabung lebih tinggi.(sand)