Proses pencarian terhadap pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu (28/12/2014) pagi di perairan sekitar Belitung Timur hingga Pontianak masih dilakukan. Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan, Djoko Murjatmojo memastikan pesawat dengan registrasi PK-AXC itu hilang dari pantauan radar.
Pesawat jenis A320-200 itu berangkat dari Surabaya pukul 05.20 pagi dan sampai di Singapura seharusnya pukul 08.30 waktu setempat atau pukul 07.30. Selama ini, AirAsia punya reputasi keselamatan yang baik, termasuk ketepatan waktu terbang. Karena itu, peristiwa ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan industri penerbangan. “Ini mimpi terburuk yang pernah saya alami,” kata Tony Fernandes, CEO AirAsia Group.
Berbagai analisa dan dugaan muncul terkait hilangnya pesawat yang membawa 155 penumpang ini. Kasi Ops Basarnas Bangka-Belitung Andriandi mengatakan pihaknya mendapat banyak laporan masyarakat yang mendengar ledakan dari wilayah Pulau Nangka dan Pulau Lung. Basarnas mencoba mencari kebenaran laporan-laporan tersebut. “Makanya kita sisir di situ,” ujarnya.
Pencarian menggunakan perahu di hari pertama belum membuahkan hasil dan akan diperluas pada hari kedua ini. Cuaca di Bangka-Belitung pagi ini cerah. Sebanyak 11 Perahu diberangkatkan untuk melakukan pencarian. “Ada 11 perahu yang akan menyisir area seluas 5-10 mil,” katanya.
Sementara itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengirimkan 2 kapal berteknologi canggih untuk membantu melakukan pencarian pesawat AirAsia QZ8501. “Teknologi yang dipakai tidak beda jauh dengan hilangnya pesawat Adam Air. Kondisi yang sama terulang kembali,” ujar Ridwan Djamaludin, Kepala Deputi bagian Teknologi dan Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT di gedung Kemenko Maritim, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.