Di awal tahun 2014 ini, tren harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar dunia diperkirakan akan semakin membaik. Prospek positif ini tentu saja bisa dimanfaatkan sebagai momentum memperkuat fondasi industri minyak sawit nasional sebagai penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
pada 2013 lalu adalah masa-masa yang sangat beret bagi industri sawit, namun,diawal 2014 ini para pelaku industri kelapa sawit bisa bernafas lega. Di tahun 2014 ini, harga CPO diperkirakan bergerak lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata sepanjang tahun ini. Sejumlah faktor akan ikut mengerek kenaikan harga CPO tahun depan, di antaranya meningkatnya permintaan minyak sawit sebagai salah satu bahan biodiesel, khususnya permintaan dari pasar Asia.
“Kebangkitan pasar minyak sawit, berarti penurunan pasar minyak nabati lain, terutama minyak biji-bijian,†kata James Fry, chairman LMC International Ltd. Ekonom lulusan Oxford University Inggris ini menilai, harga minyak nabati seperti minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga CPO. Jika harga CPO tertekan, harga minyak biji-bijian juga akan lebih rendah.
Namun, stimulus untuk mendorong program biofuel di sejumlah negara Asia, mengangkat permintaan minyak sawit mentah di kawasan tersebut. “Harga CPO akan menjadi lebih tinggi jika permintaan minyak biji-bijian lebih banyak. Namun dalam situasi sekarang, di mana ada restriksi terkait pemanfaatan minyak sawit untuk biofuel di Uni Eropa, ada kemungkinan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan di pasar China dan India akan beralih dari minyak sawit ke minyak biji-bijian,†katanya
Fry mengatakan, perilaku pergerakan harga minyak nabati sejak 2007, seakan-akan mengikuti kompleksitas fluktuasi harga minyak bumi. Dalam membandingkan pergerakan harga CPO dengan harga minyak bumi (minyak mentah), acuan harga minyak mentah yang sering digunakan adalah Brent North Sea. Karena CPO adalah satu-satunya produk minyak nabati yang pergerakannya mendekati acuan harga minyak mentah Brent North Sea.
“Selain faktor dorongan permintaan karena program biodiesel, faktor cuaca juga ikut memengaruhi tren harga tahun depan,†kata Fry. Menurut Fry, produksi minyak sawit tahun depan akan membaik karena curah hujan yang tidak setinggi tahun ini. Faktor iklim yang membaik akan meningkatkan jumlah produksi, namun kondisi ini tidak akan mendorong terjadinya kelebihan pasokan CPO mengingat daya serap pasar yang tinggi. Baik selain karena permintaan CPO sebagai bahan pangan, juga didorong permintaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel.
sementara itu, ekonom dari Godrej International Inggris Dorab E Mistry jmenjelaskan program biodiesel yang akan mengangkat permintaan CPO tahun depan. “Tiga hal yang penting dan akan menentukan harga minyak sawit tahun depan adalah biodiesel, biodiesel, dan biodiesel,†kata Dorab. Ekonom lulusan Bombay University India ini, memaparkan perkiraan perbandingan produksi CPO Indonesia dan Malaysia.
Negeri jiran itu menargetkan, produksi CPO hingga akhir 2013 akan mencapai 19,2 juta ton. Sedangkan produksi CPO di Indonesia hingga akhir tahun ini akan mencapai 27,5 juta ton atau turun sekitar 500.000 ton, dibandingkan produksi CPO sepanjang 2012. “Untuk Indonesia, sebetulnya produksi antara bulan Oktober 2012 hingga September 2013 lebih tinggi, namun memasuki kuartal terakhir tahun ini produksi melemah jika dibandingkan kuartal terakhir tahun lalu,†katanya.
Bagaimana di tahun 2014 ini?. Dorab memprediksi produksi CPO di Malaysia akan sedikit lebih tinggi dibandingkan produksi sepanjang 12 bulan di tahun 2013. Diperkirakan, akan naik dari 19,5 juta ton menjadi 19,7 juta ton. “Namun, ini juga akan sangat bergantung pada kinerja produksi CPO pada semester kedua tahun depan,†kata Dorab dalam konferensi sawit yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Indonesia justru akan mencatatkan kinerja produksi yang lebih baik daripada Malaysia.
Dorab memprediksi, memasuki kuartal kedua tahun ini, produksi minyak sawit mentah Indonesia akan semakin menguat. “Hingga akhir 2014, diperkirakan bisa mencapai 31,5 juta ton,†ujarnya. Terkait harga, Dorab juga menyampaikan rasa optimistisnya. “Harga minyak sawit mentah sudah dalam perjalanan menuju angka MYR (Malaysia ringgit) 2.700. Antara sekarang hingga Maret 2014, harga CPO akan bergerak antara MYR 2.600- 2.900. Bahkan, bukan tidak mungkin, harga CPO di pasar berjangka akan menyentuh level MYR 3.000 pada Maret 2014.
“Tentu kenaikan harga ini juga akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Brasil yang juga menetapkan mandatori biodiesel,†kata Dorab. Selain menyampaikan analisis dan prediksi harga CPO tahun depan, di depan sekitar 1.390 peserta konferensi dari 30 negara, Dorab juga menyampaikan pujian terhadap industri sawit di Indonesia.
“Anda di Indonesia sangat beruntung karena memiliki pemerintah yang sangat mendukung industri kelapa sawit, termasuk aspek kesejahteraan dan kemakmuran yang dihasilkan oleh industri ini,†kata Dorab yang langsung disambut tepuk tangan gemuruh peserta konferensi. Dorab mengatakan, dirinya bangga dan telah melihat bagaimana pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan baik dengan para pelaku industri hulu kelapa sawit.