Jika ibadah haji menyatukan umat Islam sedunia, maka umat Hindu pun memiliki ritual serupa. Bedanya, umat Hindu menyucikan jiwa raga mereka dengan cara mandi bersama di tempat suci. Tempat suci ini berupa titik pertemuan tiga sungai Gangga, Yamuna, dan Saraswati.
Walaupun pada kenyataannya hanya ada Sungai Gangga dan Yamuna, namun umat Hindu meyakini bahwa sungai ketiga, Saraswati, benar-benar ada. Titik pertemuan ketiga sungai inilah yang memiliki kekuatan spiritual terbesar. Di sinilah jutaan peziarah (tahun 1977 mencapai 13 juta dan 1989 mencapai 18 juta) menyamakan harapan: menyucikan jiwa raga dan menyatu dengan Sang Pencipta.
Festival Kumbha Mela ini bisa jadi yang terbesar dan tertua di India. Ada dua versi teori yang menjadi dasar pelaksanaannya. Pertama, berdasarkan naskah kuno Purana yang menjelaskan asal-usul diadakannya ritual mandi bersama, dan teori kedua berdasarkan perhitungan astrologi India.
Berdasarkan legenda dalam naskah Purana, pada awal penciptaan alam semesta para dewa dan iblis pernah mengaduk samudera susu bersama. Tujuan mereka yaitu mencari harta karun Sang Pencipta yang terpendam dalam samudera susu. Termasuk sebuah bejana berisi ramuan keabadian.
Jika berhasil mendapatkan ramuan ini, maka hidupnya akan kekal abadi dan diliputi kebahagiaan sejati. Dan ini pula asal kisah Kitab Tantu Panggelaran yang dicipta pujangga Jawa di akhir Kerajaan Singosari dan di awal Kerajaan Majapahit.
Ketika cuping bejana mulai nampak ke permukaan samudera, perseteruan pun tak terhindarkan. Konon para dewa memenangkan perebutan ini dengan bantuan pihak ketiga. Namun sayang, isi bejana tak utuh lagi. Empat tetes ramuan keabadian ini tumpah ke bumi.
Titik jatuhnya minuman para dewa ini tak lain adalah empat sungai tempat diadakannya festival Kumbha Mela : pertemuan sungai Gangga dan Yamuna di Allahabad, sungai Gangga di Hardiwar, sungai Godavari di Ujjain, dan sungai Sipra di Nasik. Sungai yang masing-masing telah bercampur dengan setetes ramuan keabadian ini diyakini memiliki kekuatan spiritual terbesar.
Versi lainnya adalah berdasarkan perhitungan astrologi. Versi ini mengabaikan legenda Purana dan menganggap ritual Kumbha Mela berasal dari tradisi kuno bernama Kumbha Parva di Hardiwar setiap dua belas tahun sekali. Penetapan dua belas tahun ini menandai masa Jupiter berada di titik Aquarius dan matahari memasuki Aries. Beberapa waktu kemudian, istilah Kumbha dijadikan nama festival yang diadakan di tiga kota lainnya.
Secara teoritis festival Kumbha Mela ini seharusnya diadakan setiap tiga tahun sekali, bergiliran di empat kota. Namun pada kenyataannya hal itu jarang terjadi. Selain karena kontroversi yang masih tersisa, juga akibat kesulitan dalam perhitungan astrologi. Siklus dua belas tahun sekali menjadi sebelas atau tiga belas tahun sekali. Perubahan ini tak mengurangi kemeriahan maupun kesakralannya.jss