• Latest
  • Trending
  • All
Ekspor Sawit Diharapkan Tak Terganggu CPO Fund

Sawit Dikorbankan, 6 Juta Orang jadi Pengangguran

11/05/2015
Harga TBS Sawit Kalbar Naik Sebesar Rp 25,91 Per Kilogram

Harga TBS Sawit Kalbar Naik Sebesar Rp 25,91 Per Kilogram

02/03/2023
Peran Kelapa Sawit Dongkrak Perekonomian Kalbar di Tahun 2023

Peran Kelapa Sawit Dongkrak Perekonomian Kalbar di Tahun 2023

02/03/2023
Sime Darby Optimis Bisa Kembali Ekspor Sawit ke Amerika Serikat

Sime Darby Optimis Bisa Kembali Ekspor Sawit ke Amerika Serikat

02/03/2023
BPDPKS Beri Dukungan Dana Peremajaan Sawit Sebesar Rp 30 Juta Per Hektare

BPDPKS Beri Dukungan Dana Peremajaan Sawit Sebesar Rp 30 Juta Per Hektare

02/02/2023
Kementan Perkuat Peremajaan, Sarpras Hingga SDM Guna Kembangkan Produk Hilir Sawit

Kementan Perkuat Peremajaan, Sarpras Hingga SDM Guna Kembangkan Produk Hilir Sawit

02/02/2023
PT Bank Sumut Komitmen Dorong Pengusaha Sawit di Labuhanbatu

PT Bank Sumut Komitmen Dorong Pengusaha Sawit di Labuhanbatu

02/02/2023
Pengusaha Dukung Rencana Pemerintah Bentuk Acuan Harga Sawit

Keterlibatan Masyarakat Akan Hasilkan Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan

02/01/2023
Petani Sawit Berharap Program B35 Akan Kerek Harga TBS Rp3.500 Per Kilogram

Petani Sawit Berharap Program B35 Akan Kerek Harga TBS Rp3.500 Per Kilogram

02/01/2023
Melalui RAN-KSB, Tata Kelola Sawit Indonesia Akan Diperbaiki

Melalui RAN-KSB, Tata Kelola Sawit Indonesia Akan Diperbaiki

02/01/2023
KPU Rilis 11 Tahapan Pemilu 2024

KPU Rilis 11 Tahapan Pemilu 2024

01/31/2023
Bantah Black Campaign, BPDPKS Sebut Tudingan UE Tidak Benar Terkait Minyak Sawit

Bantah Black Campaign, BPDPKS Sebut Tudingan UE Tidak Benar Terkait Minyak Sawit

01/31/2023
Zulhas Akan ke Malaysia Bahas Larangan Ekspor Sawit Uni Eropa

Zulhas Akan ke Malaysia Bahas Larangan Ekspor Sawit Uni Eropa

01/31/2023
Nasionalisme.co
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Nasionalisme.co
No Result
View All Result
Home Berita Pilihan

Sawit Dikorbankan, 6 Juta Orang jadi Pengangguran

by admin
11/05/2015
in Berita Pilihan, Berita utama, Bisnis, Politik
Ekspor Sawit Diharapkan Tak Terganggu CPO Fund

JAKARTA – Pemerintah harus berhati-hati dalam melakukan penegakan hukum terkait kebakaran lahan dan hutan. Membekukan dan menutup usaha HTI (hutan tanaman industri) dan kelapa sawit secara sembarangan bisa memicu masalah baru yaitu pengangguran. Saat ini saja, lebih dari 20 juta jiwa menggantungkan hidupnya dari industri kelapa sawit.
“Yang terkait langsung baik sebagai petani, pekerja, maupun mereka yang ikut dalam mata rantai industri kelapa sawit sudah hamper 6 juta orang. Kalau per orang menghidupi tiga anggota keluarga, berarti lebih dari 20 juta jiwa hidup dari sector kelapa sawit. Belum kita hitung yang dari sector HTI,” kata pengamat kehutanan IPB Ricky Avenzora dalam seminar yang diselenggarakan ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) di Jakarta, Rabu (5/11).
Ricky mengatakan, saat ini korporasi menjadi pihak yang paling sering disalahkan dalam kasus kebakaran lahan. Padahal, korporasi sudah melakukan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya kebakaran dan mengikuti aturan perundangan dengan melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran.
“Kebakaran hutan ini menyebabkan persaingan bisnis yang tidak sehat. Belum tahu pelakunya sudah ada ancaman pencabutan izin. Ini persaingan bisnisnya sudah sangat keras,” jelas Ricky.
Menurut dia, yang harus dilakukan saat ini adalah tidak saling menyalahkan, tetapi mencari penyebabnya dan akara masalah kebakaran lahan ini. Karena, pada kenyataannya, ribuan hektar areal konservasi seperti taman nasional yang dikelola oleh pemerintah juga terbakar.
Menurutnya, kebakaran ini memang terjadi hampir setiap tahun. Namun, untuk tahun ini diperparah dengan siklus 15 tahunan. Pada 1997-1998 juga pernah terjadi hal yang sama. “Yang jadi pertanyaan kenapa pemerintah tidak aware soal siklus ini. Kenapa tidak ada yang teriak,” sambungnya.
Di tempat yang sama, pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan, kebakaran hutan yang terjadi akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, penyumbang devisa ekspor yaitu industri pulp dan kertas serta sawit kinerja usahanya terdampak oleh kasus kebakaran lahan ini.
“Kebakaran ini berdampak pada industri pulp dan kertas. Target perekonomian saya ragu bisa 4,7%. Ekspornya juga bakal di bawah target,” ujarnya.
Turunnya ekspor, kata dia, diperparah dengan adanya boikot dari Singapura terhadap 12 produk kertas Indonesia. “Target ekspor kita dengan adanya kebakaran hutan akan sulit mencapai target,” tambahnya.
Dia juga menyayangkan, penyataan pemerintah yang mengatakan ada ratusan perusahaan yang menjadi tersangka. Tapi, sampai saat ini belum dibuka siapa saja pelakunya oleh pemerintah. Dengan kondisi yang tidak pasti ini, kata Faisal membuat persaingan perusahaan pulp dan kertas di lapangan saling menghancurkan dengan kampanye negatif menuding sebagai pelaku kebakaran hutan.
“Ini kesempatan menghancurkan kompetitor perusahaan saingan. Orang jadi bertanya-tanya ini kena nggak ya, itu kena nggak ya,” jelasnya.
Karena itu, menurut dia, seharusnya terkait hukum jangan disebut jika belum pasti. Dia juga menyayangkan, masyarakat juga jadi tersangka kebakaran hutan. Padahal, mereka membakar hutan dibolehkan oleh undang-undang lingkungan hidup. “Ini pukul rata semua. Perusahaan yang baik kena juga. Padahal tidak bakar hutan. Ini juga terjadi di perusahaan sawit,” lanjutnya.
Menurut Faisal, semakin besarnya kebakaran hutan karena pemerintah lamban dalam memadamkan. Pemerintah baru turun ketika sudah banyak yang menjadi korban. “Alasan mereka tunggu dari daerah tetapkan bencana. Masa kalau sudah lintas provinsi masih didiamkan. Apalagi lintas negara,” tukasnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha hutan Indonesia Purwadi mengatakan, akibat kebakaran hutan ini pasokan kayu hutan tanaman industri (HTI) kuartal III turun 29% menjadi 6,56 juta meter kubik (M3) dibanding kuartal II sebesar 9,26 juta M3. Pasokan yang berkurang berasal dari daerah bencana kebakaran hutan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Akibat terhambatnya kegiatan operasional ini, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dari jumlah 1 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Termasuk terhentinya kegiatan oleh mitra kerja HTI. “Devisa ekspor pulp dan kertas turun dari saat ini USD5,6 miliar per tahun,” jelasnya.
Kondisi ini, juga berdampak kepercayaan perbankan akibat publikasi masif yang menuding HTI sebagai pelaku pembakaran hutan. “Harusnya mafia yang ditangkap, bukan kami perusahaan yang justru dirugikan juga,” tukasnya.(*)

Baca Juga:  Harga CPO Masih Tertekan, Imbas Panas India-Malaysia
Nasionalisme.co

Copyright © 2013-2020

  • About us
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Bisnis
  • Politik
  • Wisata
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Peristiwa

Copyright © 2013-2020