Jakarta – Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Ini bisa dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 12,81% pada tahun 2018 atau merupakan urutan ketiga setelah sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (Sumber : Publikasi Statistik Kelapa Sawit Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2018).
Industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah industri kunci dan vital bagi perekonomian Indonesia. Selain karena minyak kelapa sawit menjadi primadona ekspor dan penghasil devisa yang penting bagi negara, industri ini juga memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang. Inilah yang kemudian menjadi perhatian bersama, bahkan di berbagai belahan negara di dunia.
Dibuktikan dengan kerjasama yang sudah dilakukan dengan negara-negara Eropa seperti Swiss. Sebanyak 51,6% penduduk Swiss sepakat untuk mendukung IE-CEPA (Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership), sebuah organisasi kerja sama Indonesia-Eropa dalam peningkatan ekonomi (indonesia.go.id). Skema perjanjian perdagangan komprehensif IE- CEPA ini dinilai berpeluang untuk lebih meningkatkan akses pasar bagi produk industri Indonesia, termasuk produk sawit dan turunannya. “Kami berpandangan bahwa IE-CEPA secara keseluruhan telah concluded pembahasannya oleh para pihak (Indonesia dan The European Free Trade Association-EFTA),” ujar Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko SA Cahyanto, di Jakarta pada Maret lalu.
Perkembangan pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak menjelang akhir tahun 1970-an menjadi bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit. Dalam Dokumen Praktis Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Tahun 2005, sudah dijelaskan mengenai prospek pengembangan agribisnis saat ini hingga tahun 2010 dan arah pengembangan hingga tahun 2025. (Vready Roeslim, “Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia”, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2005).
Sawit Sektor Unggulan Masyarakat Transmigran
Setidaknya, ada tiga sektor ekonomi yang dibagi berdasarkan kegiatannya, yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Ketiga sektor tersebut saling terkait satu sama lain. Menurut definisinya, sektor primer adalah sektor industri bahan baku yang menjalankan kegiatan ekstraksi dan pengumpulan sumber daya alam. Perusahaan perkebunan kelapa sawit sendiri masuk ke dalam golongan sektor primer karena kegiatannya yang menyediakan bahan mentah untuk perusahaan manufaktur (lifepal.co.id).
Sementara itu di pasar dunia, dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata-rata 8 hingga 9% per tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak menutup kemungkinan akan meningkat sejalan dengan tren penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel. Pertumbuhan penggunaan minyak sawit itu dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya tren pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan, industri shortening dan farmasi (kosmetik). Tren ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku lainnya (kemenperin.go.id).
Berdasarkan data dari Oil World, tren penggunaan komoditi berbasis minyak kelapa sawit di pasar global terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini mengalahkan industri berbasis komoditas Vegetable Oil lainnya seperti minyak gandum, minyak jagung, minyak kelapa. Bahkan, sejak 2004, penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar Vegetable Oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahun. Komoditi lainnya yang banyak digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5 juta ton.
Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan di atas, terbukti bahwa kelapa sawit menjadi sektor unggulan dan menjadi penghasil minyak yang terus diminati masyarakat dunia. Angka pertumbuhan yang drastis dimulai dari tahun 1970 hingga 2015 itu menunjukkan pangsa pasar yang ada semakin menggiurkan bagi para pegiat usaha bidang industri sawit. Hal ini kemudian menjadi acuan untuk masa- masa yang akan datang.
Perkebunan dan Masyarakat Transmigrasi
Transmigrasi (dari bahasa Belanda: transmigratie) adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau yang lain dalam wilayah Indonesia yang bertujuan untuk meratakan persebaran jumlah penduduk. Selain mengurangi kepadatan penduduk, juga untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Upayanya yakni dengan menyediakan lapangan kerja, khususnya pada sentra perkebunan. Karena memang wilayah transmigrasi yang notabene masih hutan belantara dan belum tersentuh tangan manusia.
Menurut sejarahnya, program transmigrasi ini sudah ada sejak lama. Program ini dirintis pada awal abad ke-19 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada awalnya untuk mengurangi kepadatan pulau Jawa dan memasok tenaga kerja untuk perkebunan di pulau Sumatra. Program ini perlahan memudar pada tahun-tahun terakhir masa penjajahan Belanda (1940-an), lalu dijalankan kembali setelah Indonesia merdeka untuk menangkal kelangkaan pangan dan bobroknya ekonomi pada masa pemerintahan Soekarno dua puluh tahun setelah Perang Dunia II (id.wikipedia.org).
Pada tahun puncaknya, tahun 1929, lebih dari 260.000 pekerja kontrak Cultuurstelsel dibawa ke pesisir timur Sumatera, 235.000 orang di antaranya berasal dari pulau Jawa. Para pendatang bekerja sebagai kuli; apabila seorang pekerja meminta kontraknya diputus oleh perusahaan (desersi), ia akan dihukum kerja paksa. Sehingga tingkat kematian dan penyiksaan di kalangan kuli pada saat itu sangat tinggi.
Dengan demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa hingga saat ini sebagian besar masyarakat di luar pulau Jawa (meliputi Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan sebagian kecil Papua), sangat bergantung dari perkebunan ini. Masyarakat yang notabene merupakan transmigran (sebutan bagi masyarakat yang mengikuti program transmigrasi), mayoritas bekerja pada sentra kelapa sawit. Baik bekerja pada perkebunan pribadi (swadaya), maupun perkebunan milik swasta. (*)