Sang Buddha Sidharta Gautama lahir di Nepal. Meneruskan langkah ke Selatan, dan mendapatkan pencerahan saat bertapa di bawah pohon Bodhi yang kini sangat disakralkan. Ketika orang suci ini ke Sri Lanka, sebuah pohon Bodhi dibawa. Kini pohon itu meraksasa. Berbau harum karena asap dupa. Dan kulitnya memutih mungkin karena terimbas gaung doa yang tak pernah istirah. Inilah catatan perjalanan dari Anuradhapura, kota kuno yang berjarak 214 kilometer dari kota Jayewardenepura, ibukota Sri Lanka.
Pohon Bodhi (bod tree) sangat dikeramatkan. Pohon ini disucikan umat Buddha. Tiap dagaba (sebutan untuk pagoda, istana, candi atau vihara di Sri Lanka yang disakralkan, red) selalu ditanami pohon ini. Namun di antara sekian ratus pohon Bodhi, hanya satu yang amat dikultuskan, yaitu yang ada di dagaba Bod Tree. Maklum, pohon ini diyakini ditanam langsung Buddha Sidharta Gautama.
Tenang Sekaligus Tegang
Di sebuah perbukitan tenang dekat Anuradhapura (214 kilometer dari Colombo, red), terdapat sebuah kawasan yang menjadi tumpuan harapan. Penduduk Sri Lanka yang beragama Buddha (74%), saban hari meluangkan waktu untuk bertandang. Mereka khusyuk memanjatkan doa. Dan berharap keinginan yang tak terucapkan itu menjadi kenyataan. Tempat untuk berharap itu adalah dagaba Bod Tree.
Dagaba Bod Tree ini tidaklah besar dibanding beberapa dagaba yang lain. Hanya berukuran kira-kira 100 meter X 60 meter, dan itu pun masih dipilah-pilah lagi menjadi beberapa bangunan. Di bagian tengah bangunan induk. Bangunan samping untuk ruang peristirahatan bagi yang kelelahan. Dan beberapa bangunan lain berdiri melingkari bangunan utama.
Di semua ruang di lokasi ini, umat Buddha berjejalan. Dari mulutnya berdengung untaian doa. Tangan-tangan dipadukan dengan amat gemulai. Wajah-wajah diteduhkan untuk menemukan kepasrahan. Dan dari sudut-sudut matanya mengambang air jernih. Airmata permohonan.
Namun untuk mencapai tempat ini dibutuhkan perjuangan melelahkan. Berkilo-kilo meter jalan kaki di bawah sengatan terik matahari. Tiap pos digeledah tentara bersenjata lengkap. Dan tiap salah langkah menuju lokasi-lokasi tertentu ditanyai mendetail tujuan dan alasannya. Ini untuk mengantisipasi barangkali ada yang ingin berniat jahat terhadap peninggalan suci yang dikeramatkan ini.
Langkah agak istimewa yang dilakukan tentara Sri Lanka itu memang bisa dipahami. Soalnya tempat-tempat bersejarah dan bernilai mistis tinggi itu, semuanya berada di wilayah genting. Yaitu di perbatasan Sri Lanka Timur dan Utara yang ingin memisahkan diri dari negara Sri Lanka. Dan di daerah inilah yang sering terjadi kontak senjata. Menjadi medan pertempuran antara pemerintah dan Macan Tamil yang militan itu.
Kendati sudah ratusan pengunjung yang mati saat akan berkunjung ke tempat sakral ini, namun mereka tetap skeptis. Tak perduli. Buat mereka, seperti dikatakan Sanyarake (35), warga Kandy, para pemeluk Buddha yang mendapat musibah saat ziarah, itu adalah bagian dari karma yang diinginkan. “Buddha memutar roda dharma. Buat apa kita takut kalau sudah tahu begitu,” jawabnya.
Dengan kata lain, kalaulah sampai mati saat melakukan ziarah ke pohon Bodhi yang dibawa Buddha Sidharta Gautama itu, maka kematian itu adalah jalan terbaik. Soalnya mereka yakin, dengan kematian itu, maka karma kurang baik yang dialami akan menjadi lebih baik lagi pada kehidupan mendatang. Itulah reinkarnasi atau kehidupan kembali yang sangat mereka percayai.
Kobra Mistis
Dagaba Bod Tree memang tidak besar. Tapi dalam peta mistik Sri Lanka, dagaba ini sangat luar biasa penting. Pohon Bodhi yang ada disini bukan seperti pohon Bodhi yang ada di dagaba-dagaba lain. Ini pohon khusus yang dibawa Buddha Sidharta Gautama dari India. Orang suci itu digambarkan dengan naik kapal membawa pohon ini untuk dihadiahkan pada pengikut setianya yang ada di Sri Lanka.
Prosesi Buddha membawa pohon Bodhi ke Sri Lanka itu ditampilkan dalam lukisan dinding yang indah di vihara Kelani. Sebuah vihara yang jauh dari lokasi Bod Tree, tetapi memampang semua perjalanan Buddha di negeri penghasil teh ini. Begitu juga tempat-tempat lain yang disakralkan hingga saat ini. Sampai-sampai bagaimana orang suci itu beristirahat dan memberikan khotbah pada umatnya di Sri Lanka, terpahat dalam dinding yang terbagi dalam empat ruang yang terus semerbak wangi dipenuhi kembang itu.
Dalam ingatan penduduk negeri ini, Buddha Sidharta Gautama tiga kali datang ke Sri Lanka. Kedatangan itu terjadi dalam beberapa tahapan. Yang mengagumkan, tiap kedatangan orang suci ini, selalu diikuti dengan peristiwa gaib. Alam berubah. Dan satwa maupun pohon-pohon yang tinggi itu tiba-tiba bergerak menyerupai ular, berbaring menyusur tanah.
Salahsatu peristiwa yang terukir dalam patung di lokasi ini adalah saat Buddha bertapa satu minggu di lokasi yang disakralkan ini. Tiba-tiba langit mendung. Halilintar menyambar-nyambar. Dan tak lama kemudian gerimis mulai hendak jatuh.
Buddha Sidharta Gautama tak beringsut dari tempatnya. Ia tetap khusyuk semadi. Matanya terpejam. Tangannya dalam posisi mudera. Saat itulah tiba-tiba datang seekor ular kobra raksasa. Ular itu menjalar dengan cepatnya. Dan begitu dekat Sang Buddha, ia memipihkan kepala, mengubah bentuknya seperti payung, untuk memayungi orang suci ini agar tidak kehujanan.
Benarkah pohon Bodhi di tempat ini dibawa Buddha Sidharta Gautama? Mungkin pertanyaan itu tak penting. Yang terpenting adalah, bahwa dalam sejarah yang lain tertulis, bahwa tahun 247 Sebelum Masehi, Asoka, raja yang memerintah India menyuruh putranya, Pangeran Mahendra menyebarkan agama Buddha ke Sri Lanka. Ia sukses mengemban misi itu, karena berhasil mengajak raja Anuradhapura dan keluarganya menjadi pemeluk Buddha.
Setelah kabar keberhasilan Mahendra itu sampai ke raja Asoka, tak lama kemudian ia mengirim adik perempuannya (Quweni) untuk menyusul ke Sri Lanka. Dalam muhibah kali ini, ia disuruh membawa pohon Bodhi untuk ditanam di Anuradhapura. Maksudnya adalah, agar keselamatan dan kesejahteraan kerajaan yang luar biasa megah ini tetap terjaga.
Pohon Bodhi memang sudah sejak lama disakralkan. Sebab pohon itulah yang menjadi peneduh Buddha Sidharta Gautama. Ajaran-ajarannya tentang hidup dan penyucian sebagai sarana menuju pada kesempurnaan juga lahir di bawah pohon itu. Tak heran, jika raja Asoka memberikan pohon itu untuk raja Anuradhapura.
Di tempat ini pohon itu kemudian ditanam. Diyakini pohon itu terus hidup, tumbuh dan berkembang hingga sekarang. Terus, pohon Bodhi dari siapakah yang kini sangat dikeramatkan di Anuradhapura itu? Nampaknya, memang pohon Bodhi yang dibawa Sang Buddha Sidharta Gautama. Sebab disamping pohon ini juga berdiri pohon Bodhi yang lebih muda, dengan tulisan huruf Sinhala yang menyebut sebagai pohon hadiah dari raja Asoka.
Terkabul
Di pohon Bodhi ini saban hari ratusan orang datang. Jika hari libur, jumlah pengunjung itu bisa meningkat tajam hingga puluhan ribu manusia. Mereka meluber di tempat ini, menyatu dengan asap lilin, bau dupa, serta dengung doa. Hingga siapa saja yang terlibat dalam hiruk-pikuk suasana di dagaba Bod Tree ini, tak terasa secara psikologis ikut masuk dalam putaran suasana mistis.
Para peminta berkah itu berangkat dengan membawa tunas-tunas kelapa, sebagai simbol bagi yang berharap anak dan keturunannya agar sukses dan jadi orang berguna. Sedang yang meminta berkah bagi dirinya sendiri, ia menggenggam seikat bunga teratai warna-warni sebagai persembahan. Tak lupa membakar lilin, menyatukan tangan, memejamkan mata, dan mendekatkan hati dengan harapan-harapan ke depan.
Ada pula yang permintaannya itu diluapkan melalui bendera. Warna-warni mirip umbul-umbul, dengan huruf Sinhala yang bulat-bulat seperti cacing. Tulisan itu berisi doa permintaan, sekaligus nadhar jika permintaan itu menjadi kenyataan. Namun karena maraknya bendera warna-warna itu berkibar, maka bagi yang tidak beragama Buddha, jika tak menyatukan rasa, maka ritus sakral itu akan dianggap sebagai pesta. Djoko Su’ud Sukahar