Pensulikan marak terjadi pada WNI. Itu terhadi di perairan Malaysia dan Filipina. Untuk itu Kementerian Luar Negeri (Kemlu) meminta warga negara Indonesia (WNI) waspada jika memasuki perairan Filipina dan Malaysia.
“Sejak kejadian terakhir tanggal 9 Juli, kita sudah meminta KJRI kita yang ada di Tawau dan Davao untuk sosialisasi soal ini. Baik untuk nelayan dan ABK (anak buah kapal),” kata juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir pada wartawan, Kamis (8/11/2016).
Menurut Nasir, Kemlu juga meminta pengusaha-pengusaha kapal ikan agar memperhatikan keadaan keamanan saat ini. Menghindari tempat-tempat yang berpotensi mereka menjadi target penculikan.
Kewaspadaan ini merupakan tindakan prefentif agar tidak terulang insiden penculikan yang menimpa WNI di wilayah perairan Filipina dan Malaysia.
Ricko (54), pelaut asal Sangihe, Sulawesi Utara menuturkan, bahwa kawasan itu rawan dan bahaya perompakan sudah terjadi sejak dulu. Mereka bersenjata dan sangat terorganisasi. Kapal dan perahu jenis apa saja dibajak, dirampok dan dimintai tebusan.
“Ini salahsatu alasan, kenapa nelayan-nelayan Filipina yang pakai perahu cadik untuk menangkap ikan di perairan daerah itu selalu berbekal senapan. Mereka bukan mau merampok tapi untuk melindungi diri,” katanya.
Untuk mencegah maraknya aksi penculikan itu, maka menurut Ricko, Angkatan Laut Indonesia harus banyak melakukan operasi di wilayah laut Indonesia yang berdekatan dengan kawasan rawan. Itu agar cepat memberi bantuan jika dibutuhkan, dan memberi sinyal pada perompak, bahwa pasukan keamanan kita selalu siaga.
“Mereka ini profesional lho. Malah dengan kecanggihan teknologi komunikasi sekarang ini, mereka monitor segalanya. Jangan salah, jangan anggap mereka asal-asalan ketika merampok dan menculik ABK,” tuturnya. jss